Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI) Zainudin Amali mendorong mahasiswa untuk menjadi pencipta lapangan kerja. Kewirausahaan orang muda menurutnya adalah salah satu tolok ukur kemajuan bangsa.
“Semakin besar persentasenya [kewirausahaan], maka masyarakat di negara itu menuju pada kemajuan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (9/8/2021).
Amali menegaskan hal itu ketika membuka kegiatan kuliah kewirausahaan pemuda Kemenpora bersama Universitas Bung Karno (UBK) Jakarta secara virtual.
Pengembangan kewirausahaan pemuda pada kalangan mahasiswa yang digelar tersebut merupakan implementasi dari salah satu program prioritas Kemenpora masa kerja 2020-2024.
Dia menjelaskan Kemenpora memiliki lima program prioritas yang dijadikan panduan berbagai kegiatan. Pengembangan kewirausahaan orang muda termasuk salah satunya.
“Ini masuk di dalam program prioritas yang kedua yakni pemberdayaan pemuda menjadi kreatif, inovatif, mandiri, dan berdaya saing serta menumbuhkan semangat semangat kewirausahaan,” tambahnya.
Baca Juga
Amali menyebutkan program kewirausahaan di kalangan pemuda dijadikan prioritas karena tolak ukur kemajuan suatu bangsa dari sisi kesejahteraan masyarakatnya adalah seberapa besar persentase masyarakat yang bergerak di bidang usaha.
Disisi lain, katanya, tantangan yang dihadapi kedepan semakin berat. Terlebih bangsa ini akan menghadapi bonus demografi atau jumlah pemuda atau usia produktif lebih besar dari yang tidak produktif.
“Bonus demografi ini kalau kita tidak dikelola dengan baik, maka dia akan menjadi petaka buat kita. Tetapi kalau kita kelola dengan baik, insya Allah akan menjadi manfaat buat bangsa ini,” jelasnya.
Amali menambahkan yang akan berhadapan dengan bonus demografi ialah para pemuda saat ini yang masih berada di kampus. Untuk itu, pemerintah, perguruan tinggi dan kelompok-kelompok masyarakat harus mempersiapkan para pemuda untuk bisa menghadapi tantangan yang semakin kompleks dan semakin berat tersebut.
Pemerintah akan terus mendorong kewirausahaan di kalangan pemuda atau mahasiswa karena menyadari persaingan yang dihadapi tersebut semakin berat. Para mahasiswa harus bersaing lulusan perguruan tinggi yang jumlahnya sangat banyak dari perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
“Nah kalau hanya mengandalkan lapangan pekerjaan yang disediakan orang lain, maka itu tidak cukup. Angkatan kerja yang lahir setiap tahun dan lapangan kerja yang tersedia setiap tahun itu tidak sebanding, lebih banyak angkatan kerjanya daripada lapangan kerja,” imbuhnya.