Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peringatan Epidemiolog, Menambah ICU dan Oksigen Bukan Solusi

Epidemiolog meminta Indonesia belajar dari India dalam upaya mengendalikan Covid-19.
Dicky Budiman epidemiolog University Griffith
Dicky Budiman epidemiolog University Griffith

Bisnis.com, JAKARTA — Peningkatan fasilitas pelayanan pasien Covid-19 seperti penambahan ruang ICU hingga pengadaan ventilator dan tabung oksigen dinilai tidak akan mampu mengejar kecepatan virus Corona dalam menginfeksi masyarakat saat ini.

Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan peningkatan pelayanan memang penting tetapi lebih utama pemerintah fokus pada pengurangan kasus Covid-19.

Salah satunya dengan peningkatan testing dengan belajar dari India jika Indonesia mampu melakukan testing hingga tiga kali lipat dari sekarang maka akan mengurangi setengah kasus saat ini.

Adapun per kemarin, angka positif Covid-19 kembali memecahkan rekor dengan tambahan sebanyak 56.757 kasus harian (15/4/2021). Angka itu merupakan yang tertinggi sejak kasus pertama Covid-19 diumumkan pada 2 Maret tahun lalu.

"Lalu jika ditambah perpanjangan PPKM darurat dengan lockdown ketat lagi dalam dua minggu ke depan maka dapat mengurangi sampai 80 persen kasus. Jadi tidak hanya tambah ICU atau yang lain tapi tambah peningkatan 3T tiga kali lipat saja maka akan lebih menyelematkan banyak jiwa," katanya kepada Bisnis, Jumat (16/7/2021).

Terkait tingkat keberhasilan penanganan, Dicky pun menyoroti sejumlah hal utamanya angka kematian. Dia menghitung berdasarkan angka kematian harian per satu juta penduduk pada 3 juli berjumlah 1,72 persen per satu juta penduduk dan pada 15 juli kematiannya menjadi 3,35 persen per satu juta penduduk. Artinya, kurang dari dua pekan saja sudah ada lonjakan dua kali lipat.

Sementara itu jika mengambil nilai tengah data kematian Pemda dan Pusat, maka ditemukan data jumlah infeksi yang berkontrbusi pada angka kematian, ditemukan jumlah infeksi yang terjadi sudah menembus 100.000 kasus sejak lebih dari tiga pekan lalu.

Artinya, kata Dicky, saat ini Indonesia banyak kebobolan kasus positif Covid-19 yang tidak terdeteksi.

"Hal itu juga berarti pandemi masih akan sulit terkendali, walau PPKM darurat yang dilakukan saat ini tetap memiliki peran. Namun, angka kematian itu penting karena jika kasus harian turun tetapi kematian naik jelas masih ada masalah pada penanganan," ujarnya.

Dicky pun masih memproyeksi puncak kasus Covid-19 di Indonesia masih akan berlansung hingga akhir bulan ini bahkan sampai pekan kedua Agustus. Namun, jika tidak ada penguatan dan konsistensi dari kebijakan pengetatan dan 3T maka skenario buruk masih berpeluang terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ipak Ayu
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper