Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anggota DPR Disuntik Vaksin Nusantara, Ini Kejanggalan Vaksin Besutan Terawan Menurut BPOM

Antigen yang digunakan dalam penelitian tidak terjamin steril dan hanya boleh digunakan untuk riset laboratorium, bukan untuk manusia.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM Penny K. Lukito memberikan penjelasan mengenai temuan sejumlah makanan dan kopi dalam kemasan yang dinilai diedarkan secara illegal  di Jakarta, Senin (20/5/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM Penny K. Lukito memberikan penjelasan mengenai temuan sejumlah makanan dan kopi dalam kemasan yang dinilai diedarkan secara illegal di Jakarta, Senin (20/5/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah anggota DPR akan disuntik Vaksin Nusantara pada hari ini, Rabu (14/4/2021)di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.

Wakil Ketua Komisi IX DPR Melkiades Laka Lena mengatakan, mereka mau disuntik vaksin besutan mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto ini karena yakin.

"Karena bagus kami ikut," kata Melki, Selasa (13/4/2021).

Legislator asal Nusa Tenggara Timur (NTT) ini mengaku sengaja kembali dari daerah pemilihannya untuk disuntik.

Sementara, salinan dokumen hasil pemeriksaan tim BPOM menunjukkan berbagai kejanggalan penelitian. Misalnya tidak ada validasi dan standardisasi terhadap metode pengujian. Hasil penelitian pun berbeda-beda, dengan alat ukur yang tak sama.

Selain itu, produk vaksin tidak dibuat dalam kondisi steril. Catatan lain adalah antigen yang digunakan dalam penelitian tidak terjamin steril dan hanya boleh digunakan untuk riset laboratorium, bukan untuk manusia.

"BPOM menyatakan hasil penelitian tidak dapat diterima validitasnya," tertulis dalam dokumen tersebut.

Dokumen yang sama menyebut tak ada satu pun peneliti dari Indonesia yang bisa menjawab pertanyaan dalam pertemuan dengan Komisi Nasional Penilai Obat pada Selasa, 16 Maret lalu.

Semua pertanyaan dijawab oleh peneliti dari Aivita Biomedica Inc, yang merupakan orang asing.

Dalam bagian lain dokumen disebutkan, uji klinis terhadap subjek warga negara Indonesia dilakukan oleh peneliti asing yang tidak dapat menunjukkan izin penelitian.

Bukan hanya peneliti, semua komponen utama pembuatan vaksin Nusantara pun diimpor dari Amerika Serikat (AS).

Penny Lukito membenarkan isi dokumen tersebut. Ia mencontohkan para peneliti bahkan tidak bisa memastikan metode dendritik yang diteliti merupakan vaksin atau terapi.

"Penelitinya tidak bisa menjawab," kata dia.

Inisiator vaksin Nusantara, Terawan Agus Putranto dalam rapat kerja di DPR mengklaim pengembangan sel dendritik dilakukannya sejak 2015 saat menjabat Kepala RSPAD. Ia pun mengklaim hasil penelitiannya berjalan positif.

"Semua berjalan baik, membuat kami mantap."

Muhammad Karyana, peneliti vaksin Nusantara mengatakan timnya sudah menjelaskan penelitian dan menjawab segala pertanyaan yang muncul dalam rapat dengar pendapat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Tempo.co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper