Bisnis.com JAKARTA – Sejak kemunculannya, vaksin Covid-19 buatan India banyak menuai kontroversi. Namun demikian, berdasarkan hasil uji klinis interim, ternyata vaksin tersebut menghasilkan perlindungan tinggi pada Virus Corona.
Covaxin, yang dikembangkan oleh Bharat Biotech International Ltd. di Hyderabad dan Indian Council of Medical Research, menunjukkan tingkat efikasi hingga 81 persen kepada para penerima yang tidak pernah terinfeksi setelah mendapat suntikan kedua.
Hasil tersebut lebih baik dibandingkan dengan efikasi 60 persen yang didapatkan pada penelitian tahun lalu. Sementara patokan efikasi vaksin agar bisa digunakan setidaknya harus lebih dari 50 persen.
Namun, pembuat vaksin mengatakan bahwa efikasi vaksin tidak diukur dari perlindungan penerima vaksin terhadap gejala seperti batuk ringan, atau reaksi terhadap virus tersebut sampai perlu dirawat di rumah sakit.
Temuan efikasi 81 persen, memperkuat klaim Bharat Biotech bahwa vaksin itu aman dan dapat membantu mengatasi keraguan terhadap vaksin ketika India tengah meluncurkan program vaksinasi terbesar di dunia untuk mengatasi wabah yang begitu masif.
Data tersebut juga menjadi bantahan bagi para kritikus yang mempertanyakan apakah penyuntikkan vaksin terlalu terburu-buru kepada tenaga kesehatan pada Januari lalu, mengingat data uji klinis tahap ketiga belum selesai dilakukan.
Chairman Bharat Biotech Krishna Ella mengatakan bahwa Covaxin juga menunjukkan imunogenisitas yang signifikan dalam melawan virus.
Fase 3 uji klinis Covaxin melibatkan 25.800 peserta usia 18-98. Ella menyebut hal itu merupakan tugas yang berat.
Analisis interim didasarkan pada 43 kasus, di mana 36 kasus di antaranya berasal dari kelompok penerima plasebo, sementara tujuh sisanya telah disuntik Covaxin.
Pada Juni tahun lalu, regulator obat India mengizinkan Bharat Biotech untuk mengembangkan vaksin dalam negeri dalam waktu singkat. Segera setelah itu, pekerjaan Covaxin terhenti karena muncul kontroversi melihat jadwal vaksinasi pemerintah yang tidak realistis hingga adanya laporan tentang reaksi negatif terhadap vaksin tersebut.
Meskipun Covaxin sudah mendapat izin penggunaan darurat (EUA) pada Januari lalu, banyak orang yang masuk daftar prioritas tak datang untuk vaksinasi karena khawatir diberikan vaksin uji coba.
Pendaftar vaksinasi baru meningkat kemudian dalam beberapa pekan terakhir setelah pemerintah India memperbolehkan swasta terlibat sebagian untuk memperluas penerimaan vaksin pada lansia di atas usia 60 dan 45 yang berisiko tinggi jika terpapar Covid-19.
Pemerintah New Delhi dan manajemen Bharat Biotech juga memastikan bahwa efektivitas Covaxin sudah cukup tinggi saat mulai disuntikkan. Perdana Menteri India Narendra Modi juga telah mendapat suntikan Covaxin pada 1 Maret 2021 untuk menekan kekhawatiran masyarakat dan mendorong agar masyarakat India segera melakukan vaksinasi.