Bisnis.com, JAKARTA - Empat hari setelah bencana banjir bandang melanda sebuah lembah di Himalaya India, harapan untuk menemukan lebih banyak korban mulai memudar, terutama di reruntuhan dua bendungan yang hancur dalam bencana itu.
Sejauh ini, baru 34 mayat yang ditemukan dari bencana tersebut dan lebih dari 170 orang masih hilang. Setidaknya, dua mayat ditemukan di kota Rishikesh kemarin, yang berjarak sekitar 150 mil dari lokasi bencana seperti dikutip TheGuardian.com, Kamis (11/2/2021).
Upaya penyelamatan terus difokuskan pada sebuah terowongan di bawah bendungan pembangkit listrik tenaga air Tapovan-Vishnugad di Sungai Dhauliganga. Lokasinya berada di negara bagian Uttarakhand tempat sekitar 30 orang sedang bekerja ketika gelombang air yang dahsyat melanda sebuah pabrik pada Minggu pagi lalu.
Banjir bandang diperkirakan disebabkan longsoran salju atau tanah longsor yang menghantam gletser yang menggantung. Akibatnya, semburan air yang luas mengalir deras ke lembah Sungai Chamoli, sehingga melenyapkan dua bendungan pembangkit listrik tenaga air dan beberapa jembatan.
Keluarga korban yang hilang marah dan sempat protes karena semua upaya penyelamatan difokuskan di terowongan Tapovan. Anggota keluarga dari 57 pria yang masih hilang dari proyek bendungan pembangkit listrik tenaga air Rishiganga, yang pertama dilanda aliran air deras dan benar-benar musnah, mengatakan tidak ada upaya yang dilakukan oleh pihak berwenang untuk mencoba melakukan penggalian.
Shoaib Malik, 24, yang ayahnya bekerja di pabrik Rishiganga tetapi tidak bekerja pada hari bencana, berada di lokasi membantu kerabat dari 57 orang yang terkubur jauh di dalam terowongan di reruntuhan pembangkit listrik.
Baca Juga
Banyak pekerja berasal dari negara bagian lain termasuk Uttar Pradesh, Delhi dan Kashmir, dan beberapa keluarga telah melakukan perjalanan ratusan mil ketika mereka mendengar tentang banjir.