Bisnis.com, JAKARTA — Keakuratan alat pendeteksi virus Covid-19 buatan tim riset Universitas Gadjah Mada yang dikenal dengan GeNose C19 masih terus dipertanyakan. Lalu apakah hasil GeNose bisa sejalan dengan tes polymerase chain reaction (PCR)?
Ketua Tim Pengembang GeNose Kuwat Triyana menjelaskan bahwa GeNose mampu mendeteksi seseorang yang baru 2 hari terpapar virus Covid-19, sedangkan tes PCR atau rapid antigen belum mampu mendeteksi pada periode yang sama.
"Kalau orang itu terpapar [Covid-19] baru 2 hari, insyaallah sudah ke-detect, tetapi kalau kita menggunakan PCR maupun antigen itu belum ke-detect," katanya kepada Bisnis, Minggu (31/1/2021).
Kalau hasil GeNose seseorang positif tapi hasil test PCR negative, ujar Kuwat, belum tentu dia benar-benar negatif atau terbebas dari Covid-19 sehingga bila ingin memastikan apakah seseorang itu terjangkit atau tidak, lakukanlah tes PCR pada hari keempat atau kelima setelah terpapar dan jangan pada hari yang sama dengan tes GeNose.
"Jadi, kalau merasa terpapar baru 3 hari, itu akurasi PCR baru sekitar 45 persen. Akurasinya akan naik tajam pada hari keempat atau kelima," jelas dia.
Kuwat menjelaskan bahwa bila seseorang baru terpapar 2 hari dan mendapatkan hasil GeNose yang positif, ada kemungkinan PCR-nya negatif—karena belum terdeteksi. Namun, bila pengujian PCR dilakukan 2 atau 4 hari setelah GeNose, kemungkinan besar hasilnya akan positif juga.
Baca Juga
Meski begitu, Kuwat menegaskan bahwa GeNose ini digunakan sebagai alat penyaringan atau pemeriksaan utama, bukan sebagai alat untuk diagnosis Covid-19.
"Namun, yang harus digarisbawahi, tidak ada alat yang sempurna. Positif maupun negatif palsu bisa terjadi pada alat apapun [GeNose, PCR, atau antigen]. Jadi, kalau mau membandingkan, harus ketiganya disandingkan, tidak salah satu," tegasnya.
Sebelumnya, hal serupa juga dijelaskan Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito bahwa metode GeNose hanya berfungsi untuk penyaringan kasus, bukan untuk mendiagnosis layaknya tes swab PCR.