Bisnis.com, JAKARTA – Selama 11 bulan pandemi Covid-19 melanda Indonesia, Muhammadiyah telah menggelontorkan Rp344,16 miliar untuk disalurkan kepada 31.869.988 orang penerima manfaat.
Hal tersebut didasarkan pada laporan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) PP Muhammadiyah pada Selasa, 5 Januari 2020.
Kendati demikian, dana tersebut belum termasuk biaya perawatan pasien Covid-19 di Rumah Sakit (RS) Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah.
Diketahui jumlah pasien Covid-19 yang ada di RS Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah sejumlah 7.347 pasien. Tidak hanya pada pasien Covid-19 saja, Muhammadiyah juga menyediakan layanan isolasi mandiri lewat Pesantren Covid kepada 615 orang dengan jumlah kamar sebanyak 162.
“Muhammadiyah memang telah berupaya semaksimal mungkin untuk andil menangani Covid-19. Diantaranya menyiapkan MCCC di seluruh wilayah Indonesia, tenaga kesehatan, dan ribuan relawan,” tulis pihak Muhammadiyah melalui keterangan resmi, Kamis (7/1/2021).
Selain itu, banyak kegiatan lain juga yang telah dilakukan Muhammadiyah untuk membantu penanganan Covid-19, seperti penyemprotan disinfektan, distribusi bantuan alat kesehatan, pendampingan bagi guru dan karyawan, dan lainnya.
Baca Juga
Sementara itu, dari segi pelayanan, Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) juga telah membuat website resmi informasi seputar Covid-19, pelayanan call center agama, psikologi, pembuatan ruang dekontaminasi, pemberian beasiswa, dan gerakan ketahanan pangan keluarga.
Terkait penanganan Covid-19, sebelumnya Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bertemu dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk membahas penanganan pandemi dan vaksin Covid-19..
Dalam kunjungan tersebut, Menkes meminta masukan kepada Muhammadiyah terkait penanganan Covid-19 yang juga berkaitan dengan vaksin.
“Tugas menangani Covid-19 ini cukup berat, dan tidak cukup dapat dilakukan secara ekslusif oleh Kemenkes, harus inklusif bekerjasama dengan lembaga dan organisasi lain,” kata Menkes melalui keterangan resmi dikutip Rabu (6/1/2021).
Menurutnya, pendekatan pencegahan Covid-19 tidak cukup hanya dengan program, namun juga harus diikuti dengan gerakan.
“Maka dengan kerendahan hati kami [Kemenkes] tidak mampu menangani Covid-19 ini sendirian, dan membutuhkan bantuan organisasi lainnya, secara khusus dengan Muhammadiyah,” ujarnya.
Lebih lanjut, Budi menyebutkan bahwa Muhammadiyah memiliki dua hal penting dalam penanganan pandemi. Kelebihan tersebut secara tidak langsung ikut membantu kerja-kerja Kemenkes.
Pertama, organisasi itu memiliki tenaga kesehatan yang besar. Muhammadiyah, kata Budi, berperan dalam sektor kesehatan yang cukup dalam dan luas. Kedua, Muhammadiyah memiliki kekuatan dalam pendekatan sosial kultural.