Bisnis.com, JAKARTA - Afrika Selatan menghadapi masalah besar setelah mendapat kritik atas ketiadaan vaksin Covid-19 di wilayah itu. Negara itu belum memiliki perjanjian vaksin apapun dengan perusahaan farmasi.
Pemerintah Afrika selatan menghadapi kritik tajam dari para pemimpin kesehatan, serikat buruh hingga partai oposisi terkait strategi vaksin di negara itu.
Sedikitnya 1,09 juta warga Afrika Selatan telah terinfeksi Covid-19. Adapun, 29.175 orang di antaranya meninggal dunia. Negara ini juga menjadi negara yang paling parah terdampak Corona di benua Afrika.
Namun demikian, kondisi tersebut tak serta merta membuat negara itu memacu pengadaan vaksin untuk masyarakatnya.
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa seperti diberitakan Bloomberg pada Minggu (3/1/2021) menyebutkan bahwa Afrika memiliki sedikit pilihan untuk mendapatkan vaksin Covid-19.
Ramaphosa menuturkan bahwa negara itu sejatinya telah melakukan empat uji coba vaksin. Meski begitu, pihaknya hanya mengatur pembelian vaksin untuk 10 persen dari 60 juta orang melalui inisiatif Covax.
Baca Juga
Menurut Bloomberg, beberapa negara di benua Afrika telah memiliki rencana sendiri untuk pengadaan vaksin. Namun kebanyakan tidak.
“Kami bekerja keras di Afrika Selatan dan benua ini untuk melindungi rakyat kami dari Covid-19,” kata Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa.
Adapun, Pfizer Inc dan BioNTech SE telah menawarkan pasokan 50 juta dosis vaksin bagi petugas kesehatan di benua itu antara Maret hingga akhir 2021.
Sementara itu, vaksin Moderna Inc tidak memiliki pasokan untuk Afrika. Produsen lain, AstraZeneca Plc juga tidak menyediakan dosis vaksin untuk benua itu pada 2021.
Kendati demikian AstraZeneca telah mengarahkan Uni Afrika bernegosiasi dengan Serum Istitute of India Ltd yang membuat vaksin atas nama AstraZenexa.
Meski memiliki beberapa pilihan, Afrika Selatan belum menyelesaikan perjanjian pasokan vaksin apapun dengan perusahaann farmasi dunia. Ramaphosa bahkan didesak untuk memecat pejabat departemen kesehatan karena kegagalan mereka mengamankan pasokan vaksin.
Kabar terbaru menyebutkan bahwa vaksin Pfizer cukup mahal untuk negara itu. Mereka kini sedang menjalin diskusi dengan Johnson & Johnson yang melakukan uji coba di negara tersebut.
J&J juga berencana membuat 300 juta dosis dalam satu tahun di pabrik Aspen Pharmacare Holdings Ltd apabila peredarannya sudah disetujui.
Meski melakukan uji coba di Afrika Selatan, J & J belum memastikan apakah Afrika akan mendapatkan keuntungan dari vaksin yang diproduksi di Afrika Selatan.
“Kami masih harus menegosiasikan harga yang terjangkau ke Afrika,” terangnya.