Bisnis.com, JAKARTA - Sebagai negara yang sering dilanda bencana alam, pendataan yang komprehensif terkait bencana alam yang telah terjadi menjadi hal yang sangat penting.
Pendataan yang komprehensif diperlukan sebagai acuan dalam mengambil langkah antisipatif untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memiliki Data Informasi Bencana Indonesia (Dibi) sebagai referensi data kebencanaan yang dapat dijadikan bahan analisa bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Kepala Bidang Pengelolaan Data dan Sistem Informasi BNPB Teguh Harjito mengatakan bahwa sejak 2008, BNPB terus mengembangkan aplikasi Dibi dimana di dalamnya terdapat database tentang kebencanaan di Indonesia.
“Aplikasi Dibi di dalamnya terdapat data dari [tahun] 1.815 dan kita mengupayakan mengumpulkan data lebih banyak lagi dari tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya dalam sebuah pertemuan daring, Rabu (30/12/2020).
Lebih lanjut, BNPB juga memiliki laman gis.bnpb.go.id dimana penyajian data DIBI dilakukan secara spasial dimana informasi yang disajikan sangat lengkap, mulai dari tanggal kejadian, lokasi, korban, hingga kerusakan yang ditimbulkan.
Format data yang disajikan pun beragam yakni berupa data grafik, statistik, peta tematik, dan crosstab.
Teguh juga menympaikan, ada aplikasi inaRISK dimana masyarakat bisa melihat kondisi atau status terkini dari kebahayaan bencana-bencana di sebuah daerah, termasuk sejarah kebencanaan yang telah terjadi.
“Kalau rekan-rekan [media] ingin melakukan analisis, mungkin ingin menulis salah satu jenis bencana, ini bisa mendapatkan daranya dari Dibi, GIS, dan inaRisk,” kata Teguh.
Dia berharap penganggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana yang dilakukan berbagai pihak bisa diinformasikan kepada masyarakat sehingga mereka dapat lebih waspada dalam menghadapinya.