Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Data Tidak Akurat, Korban Meninggal Akibat Covid-19 di Rusia Lebih Banyak

Selama berbulan-bulan Presiden Vladimir Putin menyatakan tentang rendahnya tingkat kematian akibat virus.
Presiden Rusia Vladimir Putin/Reuters
Presiden Rusia Vladimir Putin/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Rusia menyatakan jumlah kematian karena Covid-19 lebih dari tiga kali lipat dari yang dilaporkan sebelumnya. Hal tersebut membuat Rusia tercatat sebagai negara dengan jumlah kematian terbesar ketiga di dunia.

Selama berbulan-bulan Presiden Vladimir Putin menyatakan tentang rendahnya tingkat kematian akibat virus. Dia mengatakan awal bulan ini bahwa mereka telah melakukan pekerjaan yang "lebih baik" dalam mengelola pandemi daripada negara-negara Barat.

Akan tetapi sejak awal pandemi, beberapa ahli Rusia mengatakan pemerintah mengecilkan wabah di negara itu. Pada Senin, para pejabat Rusia mengakui bahwa hal itu benar.

Badan statistik Rosstat mengatakan jumlah kematian dari berbagai penyebab yang tercatat antara Januari dan November telah meningkat 229.700 dibandingkan tahun sebelumnya.

"Lebih 81 persen dari peningkatan kematian selama periode ini disebabkan oleh Covid-19," kata Wakil Perdana Menteri Tatiana Golikova seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Selasa (29/12/2020).

Angka itu menunjukkan bahwa lebih dari 186.000 orang Rusia meninggal karena Covid-19.

Pejabat kesehatan Rusia telah mencatat lebih dari tiga juta infeksi sejak dimulainya pandemi. Data itu menempatkan beban kasus negara itu di urutan keempat tertinggi di dunia.

Rusia sebelumnya hanya melaporkan 55.265 kematian atau jauh lebih rendah daripada di negara lain yang terkena dampak parah.

Alexei Raksha, seorang ahli demografi yang meninggalkan Rosstat pada Juli, mengatakan pekan lalu bahwa kementerian kesehatan Rusia dan kementerian kesehatan konsumen telah memalsukan nomor virus Corona.

Berdasarkan data baru Rosstat berarti Rusia sekarang memiliki angka kematian Covid-19 tertinggi ketiga di dunia di bawah Amerika Serikat dengan 333.140 dan Brasil dengan 191.139 orang meninggal.

Angka-angka itu muncul karena pihak berwenang menolak penerapan kembali penguncian nasional bahkan ketika negara itu terpukul oleh gelombang kedua infeksi.

Penolakan itu didasarkan harapan untuk menopang ekonomi yang sedang berjuang untuk bangkit.

Pemerintah Rusia memperkirakan ekonomi akan menyusut 3,9 persen tahun ini, sementara Bank Sentral memperkirakan penurunan yang lebih dalam.

Saat konferensi pers akhir tahun pada awal bulan ini, Putin menolak gagasan untuk memberlakukan jenis penguncian yang dilakukan banyak negara Eropa menjelang liburan Natal.

“Kalau mengikuti aturan dan tuntutan regulator kesehatan, maka kita tidak perlu lockdown,” ujarnya.

Meski pengetatan telah diberlakukan di beberapa kota besar, pihak berwenang di banyak daerah tidak mampu menerapkan kewajiban mengenakan masker di ruang publik dan mengurangi pertemuan massal.

Banyak warga Rusia yang mengabaikan aturan jarak sosial dan dalam beberapa minggu terakhir pasien akibat wabah telah membanjiri rumah sakit yang kurang dana di wilayah tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Sumber : ChannelNewsAsia.com
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper