Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tolong! Rapor Covid-19 Indonesia ‘Kebakaran’

Tak ada satu pun target WHO dalam pengendalian pandemi yang terpenuhi.
Petugas medis bersiap memakai alat pelindung diri untuk memeriksa pasien suspect virus Corona di ruang isolasi instalasi paru Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dumai di Dumai, Riau, Jumat, 6 Maret 2020./Antara
Petugas medis bersiap memakai alat pelindung diri untuk memeriksa pasien suspect virus Corona di ruang isolasi instalasi paru Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dumai di Dumai, Riau, Jumat, 6 Maret 2020./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Semua merah, rapor Covid-19 Indonesia berdasarkan catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) “kebakaran”, terutama dalam beberapa pekan terakhir.

Tak ada satu pun target WHO dalam pengendalian pandemi yang terpenuhi.

Dalam beberapa pekan terakhir, Indonesia kembali terus menerus menembus rekor kasus, naik dari 4.000-an sehari, sampai saat ini nyaris mencapai 6.000 kasus sehari. Ketika negara lain sudah menghadapi gelombang ketiga, Indonesia bahkan tak kelar-kelar hadapi gelombang pertama.

Prediksi sejumlah pakar bahwa Indonesia baru akan menembus 500.000 kasus pada Desember pun terbantahkan, karena ternyata angka tersebut ditembus sebulan lebih cepat.

Kasus positif Covid-19 Indonesia resmi tembus 500.000 orang pada 23 November 2020. Angka ini meleset dari perkiraan yang sebelumnya diramalkan Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Erick Thohir.

Beberapa hal terkait penanganan Covid-19 di Indonesia menjadi catatan oleh WHO. Pasalnya, ternyata tak banyak perbaikan bahkan pemerintah terkesan memberikan ketenangan-ketenangan semu lewat penyampaian kasus sembuh.

Dari rata-rata sepekan 1-25 November 2020, WHO melaporkan kasus harian di Indonesia sebanyak 4.731 kasus per hari. Angka ini meningkat signifikan, jika dibandingkan dengan pada pekan awal November sebanyak 3.562 kasus per hari.

Sementara itu, per Minggu (29/11/2020), ada 5.418 kasus baru di Indonesia membuat kumulatifnya menjadi 527.999. Kemudian, yang sembuh 4.527 sehingga totalnya menjadi 441.983 orang, dan yang meninggal bertambah 125 orang sehingga totalnya sudah 16.646 orang.

Epidemiolog dari FKM UI Pandu Riono memprediksi lonjakan kasus terjadi sebagai dampak dari libur panjang akhir Oktober sampai awal November.

“Dampak masif kenaikan kasus di Indonesia, akibat masifnya mobilitas penduduk yang difasilitasi dengan kebijakan cuti bersama dan kemudahan transportasi dan diskon wisata untuk menggerakan ekonomi wisata yang sebenarnya tidak besar. Fokus pada atasi pandemi,” ungkap Pandu lewat Twitter, Jumat (27/11/2020).

Tolong! Rapor Covid-19 Indonesia ‘Kebakaran’

Hal ini juga sudah diantisipasi Satgas Covid-19 berkaca dari lonjakan kasus pada periode libur panjang sebelumnya.

Adapun, berdasarkan laporan baik dari Kementerian Kesehatan, Satgas Penanganan Covid-19, serta laporan WHO, 98,2 persen kabupaten/kota di Indonesia, atau 505 dari 514 sudah terdampak Covid-19, dan sebanyak 60,1 persen kasus terdapat di Pulau Jawa.

Dari seluruh provinsi yang terdampak, ditemukan bahwa ada 13 provinsi yang mencatatkan kasus baru harian di atas 500, 17 provinsi 101-500 kasus, dan 4 provinsi 11-100 kasus baru. Dalam pekan tersebut ditemiukan setidaknya ada sekitar 11 orang per 100.000 penduduk yang positif.

Disorot WHO

WHO menyoroti dalam sepekan terakhir, terjadi peningkatan penularan terutama di Pulau Jawa. Jika dihitung rata-rata orang terinfeksi di DKI Jakarta sekitar 85 orang, Jawa Tengah sekitar 13 orang, Jawa Barat 8 orang, Yogyakarta 25 orang, Jawa Timur 7 orang, dan Banten 6 orang, seluruhnya per 100.000 penduduk.

Ada pula yang menjadi sorotan selanjutnya adalah tingkat tes yang mengalami penurunan. Selama November WHO mencatat jumlah orang yang menjalani tes untuk mencari kasus baru tidak mengalami peningkatan signifikan, stabil di angka 20.000 – 40.000 tes per hari dan selalu mengalami penurunan pada akhir pekan.

WHO sendiri menyarankan Indonesia agar setidaknya melakukan 38.500 tes per hari.

Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Munardo mengatakan, pada pekan ketiga November 2020, Indonesia telah melakukan testing hingga mencapai sekitar 239.000 atau 88,6 persen dari standar WHO.

Selanjutnya, yang disoroti WHO adalah kenaikan angka kematian Indonesia dari rata-rata 22 orang per 10 juta penduduk per hari pada pekan 9-15 November 2020, menjadi 25 orang per 10 juta penduduk pada pekan 16-22 November 2020.

WHO juga menekankan, bahwa masih ada perbedaan definisi kasus kematian Covid-19 yang digunakan Indonesia dengan standar WHO.

Indonesia hanya mencatat kematian dari data kasus terkonfirmasi positif. Adapun, WHO memberikan definisi kasus kematian Covid-19 dicatat dari kasus probabel dan suspek.

Hal ini sempat menjadi masalah pula di Indonesia. Pemerintah akhirnya memilih menggunakan data kematian dari konfirmasi positif lantaran tak ingin menimbulkan ketakutan di tengah masyarakat dan disinformasi soal kematian yang “di-Covid-kan” agar rumah sakit dapat untung.

Selanjutnya, WHO juga melaporkan bahwa belum ada satu pun provinsi di Indonesia yang mencatatkan positivity rate (angka positif Covid-1 per jumlah orang dites) yang berada di bawah standar WHO, yaitu 5 persen.

Rata-rata seluruh provinsi, terutama provinsi prioritas, masih mencatatkan positivity rate di atas 14 persen.

Dari target jumlah orang yang dites, 1.000 orang per 1 juta penduduk per pekan, WHO mencatat hanya ada 3 provinsi yang berhasil menembus target tersebut, yaitu DKI Jakarta, Sumatra Barat, dan Kalimantan Timur.

Melihat data-data ini, sejumlah warganet di Instagram memberikan komentar, di antaranya menilai pemerintah terlalu fokus pada angka kesembuhan, bukan fokus menurunkan angka kesakitannya. Hal ini juga langsung terpampang jelas ketika membuka laman resmi Satgas Covid-19 di covid19.go.id.

“Terlalu mendewakan angka sembuh, hingga lupa yg terpenting itu adalah pengurangan angka kesakitannya. Sembuh banyak tp Nakes ke capek'an juga sama aja bikin orang sakit jg akhirnya,” tulis akun @dvmrlna_.

Makin tak terkendalinya tambahan kasus di Indonesia pun menurut warganet lantaran masyarakat sudah lelah melakukan protokol kesehatan tanpa ada hasil signifikan, sehingga mereka akhirnya abai.

Padahal di sisi lain, nyatanya masih banyak pula yang tak menerapkan protokol kesehatan dengan baik, tapi mengaku sudah melaksanakan dengan benar.

“Udah dibilang indonesia terserah, Pemerintah udah gak fokus sama covid19, warganya mulai abai. Lihat aja semua tempat hiburan ramai pengunjung.....,” cuit akun @febriputria.

Pandu Riono melanjutkan, bahwa trik yang digunakan dalam cuti bersama tak membawa dampak besar pada pemulihan ekonomi, malah sebaliknya membuat pandemi makin tak terkendali.

“Yang mencemaskan adalah adanya peningkatan klaster keluarga. Liburan bersama, acara keluarga, dan lain-lain. Fenomena tersebut tidak semua dapat termonitor dlm sistem surveilans yang ada,” imbuh Pandu.

Desember ini, selain Pilkada  2020 akan ada juga libur panjang akhir tahun. Meskipun tanggal cuti bersamanya sudah dipangkas oleh Presiden Joko Widodo, masyarakat toh tetap akan liburan. Bakal tembus rekor apa lagi ya Indonesia?

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper