Bisnis.com, JAKARTA - Jika Joe Biden memenangi Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) esok, perseteruan di berbagai bidang masih akan menjadi tema dominan untuk hubungan dengan China.
Michael A. Witt, Profesor Strategi dan Bisnis Internasional di Institute Europeen d'Administration Affaires (Insead) mengatakan, dalam mempertahankan kepentingannya melawan China, AS di bawah Biden kemungkinan besar akan kembali ke kebijakan luar negeri yang tidak terlalu konfrontatif terhadap negara-negara sekutu.
Biden kemungkinan akan berupaya melibatkan mereka kembali untuk membangun koalisi yang mendukung tujuan AS.
Bagi negara-negara Asean, ini seharusnya memberi manfaat. Misalnya, Amerika Serikat dapat menawarkan pengaturan perdagangan bebas dan meningkatkan kerja sama militer kepada mitranya di kawasan.
"Dalam konteks ini, ada potensi bagi negara-negara Asean untuk mengadu domba China dan Amerika Serikat untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar bagi diri mereka sendiri," kata Witt dalam keterangannya yang diterima Bisnis, Senin (2/11/2020).
Proses ini bisa dibilang sudah dimulai di hari-hari terakhir pemerintahan Trump misalnya, pencabutan larangan visa AS terhadap Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto.
Baca Juga
Selain itu, di luar pertanyaan tentang kepemimpinan global, banyak titik gesekan akan tetap ada di bawah Biden. AS akan terus menentang klaim teritorial China di Laut Cina Selatan, Kepulauan Senkaku/ Diaoyu dan khususnya Taiwan.
"Biden lebih mungkin daripada pendahulunya untuk menjadikan penahanan massal minoritas Uighur di China sebagai masalah kebijakan luar negeri. Sumber gesekan ekonomi juga akan tetap ada, seperti masalah seputar akses pasar dan dukungan negara terhadap perusahaan China," ujarnya.