Bisnis.com, JAKARTA — Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito angkat bicara soal data suspek Covid-19 nasional yang turun drastis lebih dari 100.000 orang dalam hitungan hari pada Kamis (29/10/2020).
Menurut Wiku, kejadian itu disebabkan karena Kementerian Kesehatan tengah melakukan pemuktakhiran data berdasarkan input masing-masing provinsi sesuai dengan definisi yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19.
“Perbedaan data suspek, perlu kami sampaikan bahwa sedang terjadi perbaikan dan penyelarasan koordinasi pelaporan data dari daerah Kabupaten atau kota ke provinsi dan pusat atau Kemenkes,” kata Wiku melalui keterangan tertulis pada Senin (2/11/2020).
Hal itu, dia melanjutkan, menyangkut teknik pengumpulan dan validasi data dengan jumlah yang terbilang besar.
“Kita mengantisipasi akan ada beberapa pemutakhiran data setelah terjadi proses verifikasi yang dilakukan di tingkat daerah dan pusat. Ini bagian dari proses satu data Covid-19 dan interoperabilitas data pusat dan daerah,” ujarnya.
Sebelumnya, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan jumlah kasus suspek Covid-19 secara nasional sebanyak 68.888 orang pada hari ini, Kamis (29/10/2020).
Padahal, rekapitulasi data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada hari sebelumnya, Rabu (28/10/2020), jumlah suspek Covid-19 mencapai 169.833 orang. Artinya, jumlah suspek Covid-19 secara nasional turun drastis dalam sehari sebanyak 100.945 orang.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Budi Hidayat mengatakan selisih itu disebabkan karena adanya pelaporan yang keliru dari Provinsi Kalimantan Timur.
“Setelah dicek, angka hari ini yang benar. Angka yang kemarin itu ada kesalahan dari Kalimantan Timur. Kaltim itu melaporkan 80 ribu ternyata cuma 8 ribu yang benar,” kata Budi melalui sambungan telepon pada Kamis (29/10/2020).
Ihwal kesalahan pelaporan itu, dia berkelakar, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 dari Provinsi Kalimatan Timur kelebihan angka nol karena mengantuk.
“Seharusnya 8 ribu, mungkin kelebihan nol. Namanya ngantuk kali ya,” ujarnya.
Kendati demikian, dia mengatakan, masih ada sisa selisih 20 ribu data suspek setelah dikonfirmasi dengan pelaporan yang keliru dari Provinsi Kalimantan Timur. Menurut dia, selisih 20 ribu data suspek Covid-19 itu masih terbilang masuk akal.
“Iya kan selisihnya sekitar 20 ribu kalau itu masih masuk akal sekarang kan situasi sudah agak mereda di mana-mana artinya memang trennya mulai baik. Suspek bicara deteksi dini bukan konfirm itu beda aritnya,” ujarnya.