Bisnis.com, JAKARTA - China resmi berpartisipasi dalam upaya memproduksi vaksin yang didukung Organisasi Kesehatan Dunia, untuk mengisi kekosongan dalam kepemimpinan kesehatan global yang ditinggalkan oleh pemerintahan Trump.
Beijing, pada hari Kamis (8/10/2020), akhirnya bergabung dengan inisiatif Covax senilai US$18 miliar yang bercita-cita untuk memberikan negara-negara berpenghasilan rendah akses yang sama ke vaksin seperti negara-negara kaya, kata Kementerian Luar Negeri China.
Namun, detail komitmen China, termasuk jumlah pendanaannya, belum dapat diungkapkan saat ini.
"Bahkan ketika China memimpin dunia dengan beberapa vaksin dalam tahap lanjutan R&D dan dengan kapasitas produksi yang cukup, China masih memutuskan untuk bergabung dengan Covax," kata juru bicara Hua Chunying dalam sebuah pernyataan, Jumat (9/10/10).
“Kami mengambil langkah konkret ini untuk memastikan distribusi yang adil dari vaksin, terutama ke negara berkembang, dan berharap negara yang lebih mampu juga akan bergabung dan mendukung Covax.”
Dikutip dari Bloomberg, Presiden Xi Jinping berjanji pada bulan Mei bahwa vaksin yang dikembangkan oleh China akan menjadi barang publik global untuk dibagikan oleh semua. Dalam beberapa bulan terakhir, Beijing telah mengirimkan sinyal positif, menunjukkan akan mengambil bagian dalam program Covax, tanpa melakukan tindakan langsung.
Baca Juga
Keputusan itu juga bisa menjadi titik pertikaian lain dengan AS, karena ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia berputar dari perdagangan hingga teknologi dan hak asasi manusia.
Pemerintahan Trump telah menolak untuk bergabung dengan Covax. Juru bicara Gedung Putih mengatakan AS tidak akan dibatasi oleh organisasi multilateral yang dipengaruhi oleh Organisasi Kesehatan Dunia dan China yang korup.
Partisipasi China adalah kemenangan besar bagi Covax, karena kemungkinan memberikan vaksin yang lebih luas dan meningkatkan kekuatan negosiasi aliansi.
Covax dipimpin oleh Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi dan aliansi vaksin Gavi. Saat ini ada sembilan vaksin yang sedang dikembangkan dan sembilan sedang dievaluasi dalam portofolionya, dengan tujuan untuk mengamankan 2 miliar dosis pada tahun 2021.