Bisnis.com, JAKARTA - China menginvestasikan puluhan miliar dolar untuk membangun kilang minyak baru, sementara China National Petroleum Corp. memprediksi permintaan bahan bakar negara itu akan mencapai puncaknya dalam lima tahun mendatang.
Setidaknya empat proyek dengan kapasitas pemrosesan minyak mentah sekitar 1,4 juta barel per hari, sedang dibangun. Sebelumnya, negara itu sudah menambahkan 1 juta barel sejak awal 2019.
Seluruh kapasitas itu akan menambah lebih banyak produk minyak bumi dan plastik yang memposisikan China sebagai pengekspor bahan bakar yang lebih besar, membahayakan operasi kilang Korea Selatan, Australia hingga Eropa.
"China semakin dalam posisi untuk mengambil pangsa pasar secara global karena terus memperluas kapasitas penyulingan sementara pertumbuhan permintaannya sendiri melambat," kata Michal Meidan, direktur China di Oxford Institute for Energy Studies, dilansir Bloomberg, Rabu (7/10/2020).
Kilang besar baru yang sedang dibangun di Zhejiang, Jiangsu, dan Yantai akan diarahkan untuk mengubah minyak mentah langsung menjadi petrokimia dan plastik. Harry Liu, direktur eksekutif untuk pasar minyak, tengah dan hilir di IHS Markit mengatakan itu merupakan berita buruk terutama untuk pabrik di Taiwan dan Korea Selatan yang dirancang untuk memenuhi pasar petrokimia China.
Sejak 2000, kapasitas penyulingan China meningkat hampir tiga kali lipat karena raksasa minyak negara itu berusaha mengimbangi pertumbuhan cepat konsumsi solar dan bensin.
Baca Juga
Kini produksi bahan bakar lebih banyak daripada kebutuhan domestik yang mengarah ke ekspor hampir 1 juta barel per hari, mendekati volume yang dikirim oleh Korea Selatan dan India.
Permintaan domestik kemungkinan akan tumbuh lebih lambat di masa depan karena negara tersebut memulai transisi panjangnya menuju netralitas karbon. Bahkan, sebelum Xi Jinping mengumumkan target netral karbon pada 2060, China National Petroleum Corp. mengatakan pihaknya memperkirakan permintaan produk kilang tumbuh hanya 0,9 persen per tahun hingga 2025 .
Selain itu, penjualan kendaraan China telah meningkat selama dua bulan. Solar dan bensin masih menjadi mayoritas bahan bakar. Namun, para peneliti CNPC memperkirakan kendaraan listrik dan bahan bakar alternatif seperti hidrogen dan etanol akan menggantikan bahan bakar minyak bumi dalam jumlah yang meningkat.
Di masa depan, penyuling China dapat mengekspor bahan bakar ke Australia, Eropa atau bahkan AS. Ekspor tersebut akan memakan pangsa pasar kilang yang ada, berpotensi menyebabkan pabrik kecil di China, serta yang lainnya dari Jepang hingga Australia, tutup secara permanen.
"Penutupan kilang akan datang dalam beberapa bentuk. Tidak masuk akal sekarang untuk mengoperasikan kilang mandiri atau pabrik petrokimia mandiri dalam hal ini," kata Sushant Gupta, analis Wood Mackenzie Ltd. di Singapura.
Pandemi virus Corona telah mempercepat tren penutupan kilang. Kerusakan yang disebabkan oleh permintaan virus cenderung bersifat struktural dan permanen.
"Perkiraan kami saat ini akan ada sekitar 1 juta barel per hari kapasitas penyulingan yang menghadapi ancaman penutupan. Dari jumlah tersebut, 60 persen akan berada di wilayah non-China," kata Liu dari IHS Markit.