Bisnis.com, JAKARTA - Guru Besar UGM memprediksikan pandemi virus corona (Covid-19) bisa berakhir hingga Mei 2020.
Guru Besar Statistika UGM Dedi Rosadi mengungkapkan bahwa pengendalian laju kasus terkonfirmasi pandemi virus corona, sangat bergantung dengan cara pemerintah menangani pandemi.
Untuk mendeteksi virus corona (Covid-19) maka pemerintah melakukan tracking data terakhir dan menggunakan berbagai pendekatan pemodelan data-driven (berbasis pergerakan data). Maka diperoleh kenaikan nilai proyeksi kasus positif di akhir pandemi yang cukup signifikan dibanding rilis terakhir di akhir Juli 2020 yang lalu.
“Akhir pandemi sangat bergantung pada upaya pemerintah dalam mengendalikan laju penyebaran penyakit Covid-19 ini,” seperti dikutip pada Jumat (25/9/2020).
Dedi memprediksikan bila penanganan menggunakan model hybrid kompartemen SIR-Regresi-runtun-waktu diperkirakan pandemi akan berakhir di pertengahan Februari 2021 dengan total kasus positif corona minimal 322.000 penderita.
Sementara secara terpisah diperoleh dengan model Probabilistic Data Driven Model (PDDM) Covid-19 Indonesia yang disusun oleh Dedi Rosadi bersama Alumni FMIPA UGM, Joko Kristadi dan Fidelis Diponegoro, maka diperoleh pandemi akan berpuncak di pertengahan November sampai awal Desember dan berakhir di akhir Mei 2021 dengan estimasi total kasus positif sekitar 700.000 penderita.
Baca Juga
Tak berhenti sampai disitu, Dedi juga melakukan kajian dengan pendekatan model kurva Richard dan kurva pertumbuhan logistik, yang menunjukkan proyeksi akhir pandemi berada di antara April 2021 sampai dengan awal 2022 dengan range prediksi total penderita yang sangat mirip dengan hasil model SIR-Regresi dan PDDM di atas.
Ada beberapa catatan penting yang disampaikan oleh Dedi terkait penyebaran pandemi Pertama, perlunya dilakukan pengendalian penyebaran Covid-19 secara optimal dengan menggencarkan 3T yakni tracing, testing, dan treatment di episentrum utama Indonesia yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, dan Sulawesi Selatan. Demikian pula di provinsi lain perlu juga dilakukan pengendalian penyebaran secara lebih optimal dengan lebih menggencarkan gerakan 3T.
“Secara nasional dalam jangka waktu dekat juga penting untuk dipantau secara seksama kemungkinan kemunculan klaster Pilkada yang muncul karena mobilitas penduduk mendukung proses kegiatan ini baik sebelum hari H maupun pada hari H kegiatan Pilkada,” paparnya.
Kedua, masyarakat dan pemerintah perlu meningkatkan kewaspadaan adanya penularan lokal di beberapa wilayah provinsi atau kabupaten yang menjadi episentrum penyebaran Covid-19. Hal itu penting dilakukan mengingat angka perhitungan Rt (angka reproduksi/angka penularan) Covid-19 Indonesia dalam beberapa hari terakhir masih di sekitar 1.07.
Dedi mengatakan penurunan laju penularan dapat dilakukan secara optimal dengan berbagai upaya. Utamanya dengan pendisiplinan masyarakat dalam mentaati protokol kesehatan khususnya penggunaan masker dan menjaga jarak.