Bisnis.com, JAKARTA - Chief Executive Officer Airbus SE Guillaume Faury memeperingatkan bahwa lebih banyak pekerjaan mungkin harus dipangkas di perusahaan itu karena penurunan perjalanan yang lebih tajam dari perkiraan menyebabkan maskapai penerbangan menunda pengiriman jet baru.
"Situasinya semakin buruk saat high season. Maskapai penerbangan berada dalam situasi yang lebih sulit setelah liburan daripada yang kami harapkan," katanya dilansir Bloomberg, Selasa (22/9/2020).
Raksasa industri itu dalam rencana pemotongan biayanya menyerukan penghapusan 15.000 pekerjaan. Faury mengatakan produsen pesawat itu harus beradaptasi dengan lingkungan baru khususnya di bidang ketenagakerjaan.
Dia mengatakan perusahaan tak hanya bisa bersandar pada pengunduran diri suka rela. Faury juga menegaskan kembali bahwa perusahaan berisiko jika tidak mengambil langkah yang tepat. Dia menunjukkan penurunan 40 persen dalam produksi dan pengiriman pembuat jet.
Perusahaan pesaing Boeing Co. yang bergulat dengan jatuhnya perjalanan karena virus Corona itu, sudah mencoba membujuk para pekerja untuk mengundurkan diri guna membatasi tindakan yang lebih keras. Prancis bersiap untuk menyerap sekitar sepertiga dari pemotongan yang direncanakan dan Faury.
Pembicaraan dengan serikat pekerja menghasilkan keputusan untuk menggunakan opsi seperti pekerjaan paruh waktu dan dukungan negara pada litbang untuk menghindari pemangkasan secara paksa.
Baca Juga
"Maskapai penerbangan tidak membatalkan pesanan mereka, tetapi mereka menunda pengiriman. Penundaan pengiriman sangat kuat karena operator tidak memiliki sarana untuk mengambil alih kepemilikan pesawat setelah penumpang dan pendapatan menghilang," katanya.
Dia mengatakan perusahaan masih bertahan dengan pengurangan 40 persen produksi. Namun, Faury mengatakan sulit menebak bagaimana krisis berkembang dan apa yang akan terjadi ke depan.
Saham Airbus turun 1,3 persen pada 9:25 pagi di Paris, menjadikan penurunan tahun ini sebesar 52 persen.
Sementara itu, Faury sudah memperingatkan bahwa tindakan sukarela tidak mungkin cukup untuk memenuhi target pengurangan pekerjaan Airbus. Dia telah meningkatkan kewaspadaan lebih lanjut dalam beberapa pekan terakhir.
"Tidak ada yang bisa menjamin bahwa tidak akan ada pemangkasan paksa. Kami memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan akan melakukan segalanya untuk menghindari itu," katanya.
Prospek suram untuk industri itu didorong Deutsche Lufthansa AG yang mempercepat pemangkasan armada dan staf di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang parahnya penurunan.
Maskapai terbesar di Eropa itu akan menarik 150 jet pada pertengahan dekade, 50 lebih banyak dari rencana sebelumnya, yang juga menyebabkan PHK lebih banyak daripada 22.000 yang sudah direncanakan. Chief Executive Officer Air France-KLM Ben Smith juga memperingatkan bahwa pemotongan biaya lebih mungkin diperlukan setelah permintaan perjalanan turun pada akhir musim panas.