Bisnis.com, JAKARTA — Satu penelitian selama sebulan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menemukan bahwa peserta penelitian yang dites positif Covid-19 menunjukkan dua kali lebih sering makan di restoran dalam waktu dua minggu terakhir daripada mereka yang dites negatif.
Temuan tersebut diperoleh dari hasil penelitian atas 314 pasien rawat jalan yang punya gejala akibat aktivitas pribadi mereka setelah mereka melakukan pemeriksaan kesehatan di 11 fasilitas perawatan kesehatan AS selama bulan Juli.
Penelitian itu mencakup 154 peserta yang dites positif terkena virus dan 160 peserta kontrol yang dites negatif.
Laporan tersebut menyimpulkan bahwa pergi ke tempat-tempat yang menawarkan makan atau minum di tempat mungkin menjadi faktor risiko penting untuk tertular Covid-19.
“Saat komunitas dibuka kembali, upaya untuk mengurangi kemungkinan eksposur di lokasi yang menawarkan pilihan makan dan minum di tempat harus dipertimbangkan untuk melindungi pelanggan, karyawan, dan komunitas,” menurut laporan CDC.
Laporan tersebut tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam tingkat positif pada pasien yang berpartisipasi dalam aktivitas selain makan di restoran. Kegiatan itu seperti berbelanja, pergi ke gym atau kantor atau menggunakan transportasi umum.
Baca Juga
"Masker tidak dapat dipakai secara efektif saat makan dan minum, sedangkan berbelanja dan banyak aktivitas dalam ruangan lainnya tidak menghalangi penggunaan masker," menurut CDC seperti dikutip TheHuffingtonPost.com, Selasa (15/9/2020).
Laporan CDC juga mencatat bahwa ada laporan penyebaran virus di restoran terkait dengan sirkulasi udara, meskipun peserta tidak ditanyai sebagai bagian dari survei apakah mereka makan di dalam atau di luar ruangan.
Sekalipun masker dipakai dan tindakan menjaga jarak sosial diterapkan, CDC memperingatkan bahwa aliran udara dapat mempengaruhi penularan virus.