Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kepala Lembaga Eijkman: Vaksin Covid-19 Belum Pasti Tuntaskan Pandemi

Dikhawatirkan ketika vaksin muncul orang langsung berasumsi pandemic Covid-19 sudah selesai.
Petugas kesehatan menunjukan vaksin saat simulasi uji klinis vaksin Covid-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020)./Antara
Petugas kesehatan menunjukan vaksin saat simulasi uji klinis vaksin Covid-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA –  Indonesia tengah mengembangkan vaksin Covid-19 bersama perusahaan China Sinovac.

Kepala Lembaga Biologi Molekular Eijkman Amin Soebandrio mengatakan bahwa dalam menghadapi pandemi, vaksin Covid-19 memang akan menjadi menjadi komoditas yang amat diharapkan.

“Kita sudah berupaya untuk melakukan 3T [testing, tracing, dan treatment], tapi angkanya masih terus bertambah. Sampai Presiden menargetkan testing 50.000 per hari untuk secepatnya mendeteksi siapa yang masih terinfeksi, tapi kelihatannya semua masih mengharapkan kehadiran vaksin,” ujarnya, Rabu (26/8/2020).

Amin mengatakan, yang dikhawatirkan nantinya adalah tingginya ekspektasi pada penyediaan vaksin Covid-19. Dikhawatirkan ketika vaksin muncul orang langsung berasumsi pandemic Covid-19 sudah selesai.

“Padahal belum tentu. Belajar dari sejarah, cacar saja itu vaksin ditemukan 1796 dan dunia baru bebas cacar itu 1980. Kita butuh 200 tahun sejak vaksin ditemukan sampai cacar dinyatakan musnah. Tentu kita berharap dengan kemajuan teknologi tidak akan selama itu untuk mengeliminasi SARS- CoV-2 ini,” lanjutnya.

Kepala Pusat Riset Virologi dan Kanker Patobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia(UI) Budiman Bela menambahkan bahwa ekspektasi pada vaksin Covid-19 tak boleh tinggi-tinggi, karena masih banyak hal yang perlu dipertimbangkan, termasuk masalah produksi, distribusi, dan industri.

“Di Indonesia kita mulai dengan vaksin DNA, tidak bisa cepat digunakan oleh industri. Ini menggambarkan bahwa terkait produksi, kolaborasi kita antara industri dengan penelitian di pendidikan dan akademisi belum terlalu nyambung,” imbuhnya.

Dia menyebut bahwa akademisi sudah sangat familiar dengan teknologi pengembangan vaksin, namun yang masih belum baik adalah bagaimana program yang dikembangkan bisa mendapat dukungan penuh dan jelas dari pemerintah.

Kemudian, walaupun sudah diminta untuk mempercepat dan memperbanyak produksi tenaga penyuntik dan distribusinya pun masih harus dipikirkan matang-matang.

“Jadi tenaga medis, dan akademisi harus terus memberikan edukasi publik yang sebaik mungkin transparan, jelas, dan edukatif, mudah dimengerti, jangan menutupi. Sebagai contoh protokol kesehatan saja banyak yang belum paham, ini masih menjadi fokus utama sekarang,” imbuhnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper