Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rendahnya Kepercayaan Masyarakat Terhadap Covid-19 Mempersulit Tracing

Agar proses tracing ini berhasil, masyarakat harus percaya dulu bahwa virus Corona ini benar-benar ada.
Situasi pendaftaran untuk tes usap massal para pedagang ikan hias di lokasi binaan UMKM JP 23 Kecamatan Sawah Besar, Rabu (22/7/2020)./Antara
Situasi pendaftaran untuk tes usap massal para pedagang ikan hias di lokasi binaan UMKM JP 23 Kecamatan Sawah Besar, Rabu (22/7/2020)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Masih banyaknya masyarakat yang tidak percaya dengan kebenaran adanya Covid-19 menyulitkan tenaga kesehatan untuk melakukan tracing.

Wakil Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center Corona Rintawan mengatakan hal itu ditandai dengan adanya penolakan dari pasien probable Covid-19 atau PDP yang hendak dites setelah anggota keluarganya dikonfirmasi positif.

"Apalagi edukasi swab, beberapa menolak karena stigma macam-macam. Di tahap diagnosis saja sudah menolak, maka tracing akan sulit lagi," kata Rintawan dalam Webinar Melacak Kasus Positif & Silent Killer Covid-19, Kamis (6/8/2020).

Menurutnya, agar proses tracing ini berhasil, masyarakat harus percaya dulu bahwa virus Corona ini benar-benar ada.

Jika menemukan kondisi kesehatan yang tiba-tiba berubah, misalkan kehilangan penciuman atau kehilangan indera perasa di lidah, masyarakat diminta untuk segera berkonsultasi ke dokter.

"Jangan lalu paranoid, tetapi masih keluar-keluar. Itu kontradikasi," ujarnya.

Dia pun meminta agar para influencer atau publik figur yang dikenal masyarakat jangan mengambil informasi yang tidak akurat yang tidak memiliki kajian keilmuan yang diakui.

Hal yang sama juga ditemui oleh tenaga kesehatan daerah kecil seperti Dokter Umum Puskesmas Dompu Timur TB Laela Soraya. Dia mengatakan banyak masyarakat yang takut keluarganya dikucilkan jika dalam proses tracing harus melakukan isolasi.

"Ini karena sosialisasi kita masih rendah. Masyarakat belum bisa mencapai informasi tentang Covid-19," ujarnya.

Jangankan soal Covid-19, program lama seperti posyandu pun belum menggerakkan seluruh kesadaran masyarakat, apalagi soal Covid-19.

Ronald Bessie, Koordinator Tim Data Kawalcovid19.id mengatakan daerah dengan kasus Covid-19 yang tinggi justru menunjukkan rasio lacak atau tracing ratio yang rendah.

Padahal, dia menyatakan rasio ini menentukan tingkat keberhasilan jumlah kasus probable yang berhasil dikarantina dan dites.

"Provinsi yang paling besar menyumbang rasio lacaknya tidak terlalu tinggi. Misalnya Jawa Timur, Kalimantan Selatan, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, rasionya tidak terlalu tinggi," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper