Bisnis.com, JAKARTA – Membacakan dongeng kepada anak, terutama di usia toddler dan prasekolah memberi banyak manfaat untuk membantu stimulus tumbuh kembang anak, sekaligus meningkatkan hubungan dan ikatan emosional antara anak dan orang tua.
Psikolog Klinis Ratih Ibrahim mengatakan bahwa orang tua perlu memahami pentingnya proses tumbuh kembang anak pada masa balita dan batita. Apalagi berdasarkan sejumlah penelitian, menunjukkan bahwa pada masa tersebut, lima dimensi kemampuan si buah hati berkembang pesat. Kelimanya yaitu kesehatan, kognitif, motorik, bahasa, dan sosialisasi.
Pencapaian perkembangan yang optimal di usia ini menjadi fondasi perkembangan si buah hati di masa depan. Salah satu bentuk stimulus yang bisa diberikan orang tua pada anak yaitu melalui kegiatan mendongeng.
“Bunda dan ayah perlu melakukan kegiatan mendongeng pada anak karena dapat menstimulasi daya imajinasi dan daya berpikir kritis, mengembangkan berbagai kosa kata baru, menumbuhkan empati, sambil membangun ikatan emosional yang hangat dengan si buah hati,” ujarnya dalam webinar, Selasa (21/7/2020).
Untuk mendukung orang tua memberikan stimulus yang tepat bagi anak, sekaligus merayakan Hari Anak Nasional, Nestle Dancow meluncurkan kompilasi 15 cerita rakyat terbaru Dongeng Aku Dan Kau yang merupakan kelanjutan inisiatif yang dimulai pada tahun 2019.
“Pada Hari Anak Nasional yang tahun ini terjadi di tengah pandemi Covid-19, kami ingin mengajak para orangtua untuk merayakannya dengan anak-anak melalui aktivitas mendongeng. Dengan membaca dongeng bersama atau bahkan menciptakan aktivitas sederhana yang terinspirasi dari dongeng yang dibacakan, ikatan orangtua dan anak akan bertambah erat,” ujar Pritha, VP Category Marketing Manager Nestlé Dancow.
Baca Juga
Sementara itu, Meisya Siregar mengatakan bahwa dirinya terbilang cukup sering membacakan dongeng kepada anak. Apalagi dengan adanya kumpulan cerita Dongeng Aku Dan Kau yang membuatnya makin bersemangat mengajak anaknya lebih kreatif dan imajinatif meskipun tetap di rumah saja.
“Dengan dongeng, kita bisa mulai memperkenalkan berbagai macam karakter baik dan tidak baik kepada anak. Di samping itu, di akhir dongeng, kita juga bisa membicarakan secara terbuka mengenai pesan moral positif dan karakter-karakter apa saja yang perlu dihindari bersama Si Buah Hati,” ujarnya.
Elvi Hendrani, Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Pendidikan, Kreativitas dan Budaya, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia mengatakan bahwa keluarga memiliki peran penting dalam kehidupan dan pembentukan karakter anak.
Apabila anak dalam proses pengasuhan di keluarga sebagai pendidik pertama dan utama mendapat kecukupan nutrisi, kasih sayang dan simulasi yang baik, maka akan tumbuh optimal dengan karakter yang positif sehingga akan mendukung generasi Emas Indonesia pada 2045.