Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terlibat Perdagangan dengan Taiwan, China akan Hukum Perusahaan Alutsista AS

China melarang keras AS menjalin kerja sama dengan Taiwan, yang mereka klaim masih merupakan bagian dari Negeri Panda.
Dua pesawat tempur China J-11 dan satu pesawat pengebom H-6K berpatroli di wilayah udara antara China daratan dan Taiwan, Senin (10/2/2020).  Foto: Antara-Xinhua
Dua pesawat tempur China J-11 dan satu pesawat pengebom H-6K berpatroli di wilayah udara antara China daratan dan Taiwan, Senin (10/2/2020). Foto: Antara-Xinhua

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah China pada Selasa (14/7/2020) mengancam akan menjatuhkan hukuman untuk perusahaan kontraktor alutsista dan alat-alat militer asal AS Lockheed Martin. Hukuman tersebut merupakan bentuk kegeraman mereka lantaran Lockheed Martin belakangan diketahui terlibat perjanjian jual beli alat perakitan senjata dengan Taiwan.

"China melarang keras senjata AS dijual ke Taiwan. Kami akan menjatuhkan sanksi kepada kontraktor utama dalam jual beli tersebut, Lockheed Martin," tutur juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian, dikutip dari Bloomberg.

Kemarahan pemerintah China, kata Lijian, beralasan. Mereka masih menganggap Taiwan, yang dilintasi Laut China Selatan, sebagai kawasan teritori Negeri Panda.

Untuk itu, masih menurut Lijian, tak seharusnya Taiwan berkomplot dengan Negeri Paman Sam yang notabene merupakan musuh utama China dalam politik internasional. Ia juga mengingatkan agar AS sadar diri dan tak mencampuiri urusan perdagangan di kawasan-kawasan mitra China.

Lijian masih belum merinci apa hukuman yang dia maksud. Detail mengenai hal tersebut bakal diumumkan pemerintah dalam waktu dekat.

Sebelumnya, pada awal pekan lalu pemerintah AS telah memberi lampu hijau untuk kerja sama penjualan alat-alat militer refurbish yang dimiliki Lockheed kepada Taiwan. Nilai transaksi dalam jual beli itu ditaksir menyentuh USS 620 juta.

Hubungan AS dan China belakangan terus memanas, bahkan di tengah pandemi Covid-19. AS menambah keriuhan genderang perang setelah mereka menegaskan tidak mengakui kedaulatan China atas daerah-daerah di sekitar Laut China Selatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper