Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang menilai Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan metode pembelajaran hibdrida (kombinasi online dan tatap muka) bisa diterapkan secara permanen usai pandemi Covid-19.
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Irwan Syahril mengatakan saat ini Kemendikbud sedang mempersiapkan beragam platform untuk belajar secara daring (online) maupun luring (tatap muka) agar bisa belajar dengan aktif dan dinamis.
“Kita mulai adopsi teknologi yang luar biasa, adanya Covid-19 ini malah jadi loncatan adopsi teknologi pada pendidikan Indonesia,” ungkapnya Senin (6/7/2020).
Menurutnya, nanti metode pembelajaran hibrida bisa lebih efektif, dan bisa membantu meningkatkan kemampuan siswa siswi untuk bersaing secara global.
“Nantinya peran guru tidak berubah, yang berubah hanya bagaimana pengajar bisa lebih memanfaatkan teknologi,” tambahnya.
Kemendikbud juga akan melakukan pelatihan agar guru tidak lagi merasa takut dan asing dengan pemanfaatan teknologi serta bisa memanfaatkan kecanggihan yang ada.
Totok suprayitno Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Kebukuan (Kabalitbangbuk) menambahkan bahwa Covid-19 memang membawa hambatan belajar baik bagi murid dan guru.
Tapi, di setiap kejadian selalu ada hikmah yang bisa diambil. Pada saat seperti ini, timbul kesadaran bahwa teknologi jadi sumber baru yang bisa digunakan untuk memperkaya kreativitas belajar, yang lebih terbuka.
“Ini bagus untuk belajar, belajar sesuatu yang baru itu pasti jadi membawa kebaikan,” kata dia.
Kemudian, dengan diberlakukannya PJJ, menurut Totok membuat orang tua jadi menyadari pentingnya pendampingan belajar dari orang tua.
“Dari survei itu sekitar 90 persen itu orang tua mengatakan jadi mendampingi anaknya belajar, yang mungkin tidak akan terjadi ketika tidak ada pandemi. Hal yang positif ini tidak bisa berhenti ketika Corona berhenti. Teknologi jadi pelengkap dan menambah sumber daya pembelajaran, itu yang dimaksud permanen,” imbuhnya.
Sementara itu, dengan pembelajaran hibrida, nantinya tatap muka tetap terjadi, tapi juga guru bisa menugaskan murid mencari bahan melalui internet, karena murid sudah bisa mencari sumber yang relevan dengan topik belajar saat ini.
Melihat masih banyak murid yang belum terjangkau teknologi, karena infrastruktur yang belum lengkap, atau karena alat-alat untuk mengakses teknologi harganya mahal, Kemendikbud juga akan menyediakan paket modul, khususnya untuk anak Sekolah Dasar kelas awal belajar.
“Itu paket yang sifatnya tercetak. Ini untuk membantu mengurangi hambatan belajar karena harus pakai teknologi tadi. Textbook-nya nanti dibuat lebih memandu secara detail untuk memudahkan/meringankan hambatan belajar dalam absennya teknologi,” jelasnya.
Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah nantinya guru-guru harus melakukan identifikasi, anak mana yang paling tertinggal secara sosial ekonomi.
“Jadi ketika selama kita tidak bisa tatap muka, anak-anak yang rentan [sosial ekonomi rendah] tadi ini aksih modul yang tercetak,” jelasnya.