Bisnis.com, JAKARTA - Centre for Strategic and International Studies (CSIS) mendorong pemerintah untuk menyediakan indikator cepat perkembangan aspek ekonomi di masa transisi.
Peneliti Senior Departemen Ekonomi CSIS Indonesia Haryo Aswicahyono menekankan bahwa diperlukan indikator cepat yang bukan hanya menunjukkan perkembangan aspek kesehatan.
“Tetapi juga aspek ekonomi seperti indikator pergerakan penduduk sebagai kegiatan ekonomi,” katanya saat webinar Monitoring Penyebaran Covid-19 dan Perkembangan Ekonomi di Masa Transisi, Jumat (3/7/2020).
Dia menuturkan, hingga kini sangat sedikit indikator ekonomi yang bersifat real time atau harian. Itupun lanjutnya bukan indikator yang langsung mengukur luaran kegiatan ekonomi, tapi proxy bagi kegiatan ekonomi. Dia menerangkan bahwa sangat sedikit indikator proxy untuk mengukur kegiatan ekonomi daerah.
Menurutnya, Indonesia menghadapi tantangan untuk meratakan kurva epidemi dan kurva ekonomi. Selain itu setidaknya terdapat empat skenario yang akan dihadapi pascapenghentian pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Pertama, ekonomi membaik kesehatan membaik. Kedua, ekonomi membaik kesehatan memburuk. Ketiga, ekonomi memburuk kesehatan memburuk dan Keempat, ekonomi memburuk dan kesehatan membaik
Baca Juga
Kata dia, pelonggaran PSBB bertujuan mencapai skenario pertama dan menghindarikan pada tiga skenario yang lain, terutama skenario ketiga yaitu ekonomi memburuk kesehatan memburuk di semua daerah.
“Untuk itu perlu memonitor kasus Covid-19 maupun perkembangan aktivitas ekonomi,” ujarnya.
Dalam penelitiannya, Haryo menggunakan pergerakan manusia sebagai proxy kegiatan ekonomi. Ke depan dia merekomendasikan indikator cepat ekonomi dapat diperluas dengan berbagai indikator lainnya.
“Misalnya konsumsi energi dan listrik, indikator polusi, pergerakan barang, pergerakan kendaraan bisa dikumpulkan dengan lebih cepat agar bisa memberi gambaran kondisi ekonomi dengan lebih cepat dan akurat,” ujarnya.