Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) Ali Ghufron Mukti mengatakan sudah ada lebih dari 60 hasil inovasi yang diciptakan oleh para ilmuwan dalam negeri terkait Covid-19.
Dia mengatakan sejumlah temuan tersebut terdiri dari berbagai macam bentuk inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat.
"Kami tidak pernah membayangkan bisa. Inilah hasil dan arah dari konsorsium. Sekarang sudah lebih dari 60 hasil inovasi yang sudah kami buat katalognya," kata Ali dalam webinar Penyelerasan Riset Pandemi Covid-19 dalam Proses Pengambilan Kebijakan, Selasa (30/6/2020).
Selain itu, dia menuturkan hasil penelitian ini dapat menjadi langkah awal kemandirian negara untuk mengurangi ketergantungan impor.
"Teknologi paling tidak punya tiga nilai, tepat guna, [mampu] mensubsidi impor. Jangan sampai sudah ada teknologi triple helix tidak jalan dan bisa memberikan nilai tambah," ujarnya.
Dia mengaku cukup takjub dengan kemahiran para peneliti, termasuk ilmuwan muda yang mampu menciptakan teknologi seperti pengembangan test kit baik non PCR dan PCR yang bekerja sama dengan UGM, BPPT, Unair, dan PT Biofarma (Persero).
Baca Juga
Salah satu temuan alat tes PCR dalam negeri, Nusantara Covid-19 buatan Ristek/BRIN dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah dilakukan uji akurasi dan validasi prototipe strain Asia dan disesuaikan dengan transmisi lokal Indonesia.
Selain itu, ventilator buatan ITB bahkan harganya jauh lebih miring sampai Rp16 juta. Dari segi pelayanan, ditemukan pula inovasi robot untuk pemeriksaan tanpa kontak antara pemeriksa dengan yang diperiksa.
Sementara itu, yang paling ditunggu-tunggu, inovasi vaksin dan obat Covid-19 juga terus bergulir.
Konsorsium telah mampu melakukan whole genome sequencing (WGS) yang bermanfaat untuk memonitor evolusi virus dan memprediksi ancaman pandemi berikutnya. WGS menjadi langkah awal untuk menemukan vaksin.
WGS SARS-CoV-2 asal Indonesia merupakan WGS pertama kontribusi dari Indonesia untuk nasional maupun internasional.
"Obat masih dalam proses. [Vaksin] kita sudah laporkan ke GISAID. Sekarang sudah lebih dari 16 whole genome sequencing baik oleh Eijkman maupun Unair," katanya.
Tak hanya kimia, para ilmuwan dalam konsorsium ini juga tengah mencari suplemen berbahan herbal yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh seperti jahe merah, echinacea, meniran, sambiloto, jambu biji dan kulit jeruk.
Saat ini anggota konsorsium terdiri dari badan, lembaga, universitas, diaspora, BUMN, dan rumah sakit. Konsorsium ini dibentuk untuk mendukung percepatan penanganan pandemi Covid-19 melalui riset dan inovasi di bidang pencegahan (vaksin dan suplemen), screening, diagnosis, pengobatan, dan teknologi alat kesehatan.
Deputi bidang ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Nuke Pudjiastuti mengatakan dengan adanya konsorsium penelitian akan mengurangi ego disiplin dan ego lembaga di tengah urgensi inovasi kesehatan di masa pandemi.
Namun, tantangan ke depan masih ada, yakni kesiapan teknologi yang harus sesuai dengan karakter rumpun keilmuan antara ilmu eksakta dan ilmu sosial.
"Kalau tidak dilakukan secara baik, jangan harap kebijakan yang berkelanjutan dan inklusif dilakukan secara baik oleh teman-teman sosial karena posisinya disamaratakan dengan teknologi," ungkapnya.