Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Tenaga Kerja di China Bakal Melemah pada Kuartal III/2020

Prospek ketenagakerjaan di China diproyeksikan melemah pada kuartal III/2020 karena adanya disrupsi bisnis global akibat wabah Covid-19.
Pekerja mengenakan masker di pabrik milik Yanfeng Adient Seating Co. di Shanghai, China, Senin (24/2/2020)./Bloomberg-Qilai Shen
Pekerja mengenakan masker di pabrik milik Yanfeng Adient Seating Co. di Shanghai, China, Senin (24/2/2020)./Bloomberg-Qilai Shen

Bisnis.com, JAKARTA — Prospek ketenagakerjaan di China diproyeksikan melemah pada kuartal III/2020 karena adanya disrupsi bisnis global akibat wabah Covid-19.

Temuan tersebut didasarkan atas survei ManpowerGroup Inc., sebuah perusahaan pemasok tenaga kerja global. Indeks diperkirakan melemah menjadi 3 persen sepanjang Juli-September 2020 dibandingkan kuartal kedua tahun ini yakni 6 persen. Pada kuartal III/2019, indeks berada pada level 8 persen.

“Pandemi Covid-19 telah memberikan gangguan di pasar tenaga kerja yang menyebabkan disrupsi aktivitas bisnis dan tekanan ekonomi mikro. Outlook optimisnya adalah China telah pulih lebih baik daripada negara-negara lainnya dari pandemi ini,” dilansir dari keterangan resminya, Bloomberg, Selasa (9/6/2020).

Sektor transportasi dan utilitas diperkirakan memiliki kemampuan paling kuat untuk merekrut tenaga kerja seiring dengan percepatan pembangunan jalan tol dan proyek transportasi jalur air oleh pemerintah.

Sektor teknologi misalnya pengembangan 5G dan pusat big data juga akan menyumbang signifikan terhadap peningkatan angka perekrutan. Kendati demikian, prospek semua sektor lebih lemah dibandingkan kuartal II dan kuartal III/2019.

Survei ini juga menyebutkan perusahaan-perusahaan besar akan memperbesar gaji pada kuartal III/2020 sedangkan usaha mikro justru diperkirakan bakal memangkas tenaga kerja mereka.

Meskipun situasi memburuk, prospek pasar tenaga kerja di China masih kuat secara global, meninggalkan Jepang dan India. Kondisi China saat ini sama dengan Amerika Serikat dan Taiwan. Survei ini sendiri menghimpun sampel dari 4.201 karyawan di China.  

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Hafiyyan
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper