Bisnis.com, JAKARTA — Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan adanya penurunan kapasitas pemeriksaan spesimen sebanyak 6.988 pada hari ini, Senin (8/6/2020).
Angka itu terbilang rendah jika dibandingkan dengan pemeriksaan pada hari sebelumnya, Minggu (7/6/2020) yang mencapai 11.294 spesimen. Bahkan, angka itu jauh di bawah target yang dinaikkan oleh Presiden Joko Widodo, dari 10.000 spesimen menjadi 20.000 spesimen per harinya.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto memerinci angka itu diperoleh dari 6.627 spesimen yang diuji melalui RT PCR dan 361 spesimen melalui tes cepat molekuler atau TCM.
“Sekarang ini total spesimen yang berhasil diperiksa sebanyak 412.980 dari hasil pemeriksaan RT PCR dan tes cepat molekuler,” kata Yuri saat memberi keterangan pers di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Senin (8/6/2020).
Kendati demikian, dia menerangkan, satu kasus dapat diambil lebih dari satu kali pengambilan dan lebih dari satu jenis spesimen.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, terdapat 33 laboratorium yang belum melaporkan hasil pemeriksaan PCR pada hari ini. Adapun, 33 laboratorium itu terletak di sejumlah kota di antaranya DKI Jakarta, Salatigas, Denpasar, DI Yogyarkata, Bandung, Medan, Mataram, Makassar, Malang, Bukittingi, Bekasi, Teluk Bintuni, Maros, Cirebon, Cilegon, Surabaya dan Karawang.
Baca Juga
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo meminta pelacakan virus corona dilakukan lebih masif lagi, sehingga menaikkan target uji spesimen menjadi 20.000 per hari.
“Untuk pengujian spesimen, saya kira, saya ucapkan terima kasih bahwa target pengujian spesimen yang dulu saya targetkan 10.000, ini sudah terlampaui dan saya harapkan target berikutnya 20.000 per hari. Ini harus sudah mulai kita rancang menuju ke sana,” katanya membuka rapat terbatas percepatan penanganan pandemi Covid-19, Kamis (4/6/2020).
Selain itu, Presiden juga meminta pelacakan agresif dilakukan dengan menggunakan bantuan sistem teknologi. Hal ini telah dilakukan oleh negara-negara lain.
“Misalnya Selandia Baru, mereka menggunakan digital diary, kemudian Korea Selatan mengembangkan mobile GPS untuk data-data sehingga pelacakan itu lebih termonitor dengan baik,” katanya.