Bisnis.com, JAKARTA - Sepekan setelah Pemerintah Jepang mencabut status darurat nasional, ibu kota Tokyo mengalami lonjakan kasus virus corona tertinggi dalam tiga minggu. Pemerintah prefektur berencana mengeluarkan peringatan kepada warga untuk bertindak ekstra hati-hati yang oleh Gubernur Tokyo Yuriko Koike disebut "Tokyo Alert".
Dilansir Bloomberg, Selasa (2/6/2020), banyak kasus selama seminggu terakhir telah dikaitkan dengan distrik hiburan malam di Tokyo. Sekitar 40 persen dari 90 infeksi diyakini berasal dan menyebar di kawasan tersebut. Sejumlah kasus juga datang dari sebuah cluster di rumah sakit di Koganei, di mana total 31 infeksi telah dilaporkan, termasuk 15 yang diumumkan pada hari ini.
Jika kasus terus naik setelah peringatan itu dikeluarkan, pemerintah akan meminta bisnis kembali tutup. Koike telah menetapkan tiga kriteria untuk mengeluarkan peringatan, termasuk lebih dari 20 kasus baru yang dilaporkan dalam sehari, setengahnya tidak dapat dilacak, dan infeksi meningkat dari minggu sebelumnya.
Pihak berwenang Jepang tidak memiliki kekuatan hukum untuk menegakkan pembatasan pergerakan karena kebebasan sipil yang diabadikan dalam konstitusi pascaperang.
Meskipun sebagian besar warga taat pada aturan selama tujuh minggu masa darurat nasional, negara itu telah berupaya untuk mengangkat pembatasan secepat mungkin untuk meminimalkan kerusakan ekonomi lebih lanjut.
Jepang telah mengambil pendekatan pragmatis. Para pejabat menyatakan virus tidak dapat dimusnahkan, dan bertujuan untuk melanjutkan kegiatan ekonomi selama sistem medis dapat mengatasi setiap peningkatan infeksi.
Baca Juga
"Mengingat sifat virus ini, pada titik waktu ini mustahil untuk mengurangi tingkat penularan menjadi nol. Setelah darurat dicabut, sejumlah kasus terjadi terutama di Tokyo dan Fukuoka. Lonjakan kecil seperti ini sudah diantisipasi," kata Shigeru Omi, Wakil Kepala Panel Ahli yang memberi nasihat kepada pemerintah Jepang.