Bisnis.com, JAKARTA - Kecenderungan kondisi normal yang baru atau the new normal di dunia dalam masa pemulihan pandemi virus corona (Covid-19) dinilai membuka peluang bagi Indonesia, khususnya pada sektor ekonomi.
Hal itu diungkapkan Duta Besar RI untuk Austria dan Slovenia Darmansjah Djumala dalam sebuah diskusi virtual yang digelar oleh Impact Hub Jakarta, Minggu (17/5/2020).
Djumala, dengan latar belakang akademik sebagai doktor hubungan internasional, mengatakan bahwa dalam kondisi normal sebelum pandemi, rantai pasok global sebagian besar dikuasai oleh China.
"Sekarang the new normal, banyak negara Eropa misalnya Jerman, kemudian Amerika dan Jepang, yang sudah berpikir ulang mengenai sumber rantai pasok global. Perusahaan-perusahaan dunia akan merelokasi investasi dari China ke negara ramah investor," kata Djumala
Menurutnya, the new normal bagi Indonesia adalah bagaimana negara mempersiapkan diri di dalam negeri untuk menarik investasi dengan membuat suatu kebijakan, agar bisa mengambil manfaat dari kondisi baru tersebut.
Di samping itu, the new normal juga terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat dunia, yakni penggunaan platform daring untuk sejumlah kegiatan, seperti pertemuan dan diskusi.
Baca Juga
"Dalam observasi saya, masyarakat dunia--bahkan PBB--berpikir bahwa ternyata ini merupakan cara yang efektif, cepat, dan murah. Mungkin ini dianggap sebagai the new normal untuk kehidupan profesional," ucap Djumala.
Duta Besar RI untuk RRT Djauhari Oratmangun, dalam diskusi yang sama, juga mempunyai pendapat serupa bahwa kecenderungan masyarakat di masa depan adalah menjalani gaya hidup serba virtual, semisal bekerja dari rumah yang akan terus berlanjut.
Kebutuhan utama masyarakat dunia kini, menurut Djauhari, telah berubah dari yang sebelumnya lebih pada benda fisik menjadi kehidupan yang sehat. Dan hal itu, harus dapat disesuaikan oleh Indonesia dalam berbagai tingkatan.
"Industri yang terkait dengan gaya hidup baru ini, salah satunya sektor pariwisata yang akan terdampak positif. Artinya, sekarang banyak perusahaan China sudah mengizinkan pegawai bekerja jarak jauh, dan bisa saja mereka melakukan pekerjaan dari area pariwisata," kata dia menjelaskan.