Bisnis.com, JAKARTA - Melalui kebijakan Merdeka Belajar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menciptakan lahan agar kreativitas tumbuh dan berkembang baik pada peserta didik, tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan.
Untuk menciptakan praktik baik kepada peserta didik, para guru perlu didorong agar terus berkreasi. Hal itu disampaikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (Kabalitbangbuk) Totok Suprayitno, Rabu (13/5/2020).
"Kreativitas yang dibangkitkan dari guru-guru itu sendiri bukan resep yang dibawa, tapi bangkit dari guru-guru itu sendiri. Terbukti telah membuat pembelajaran ini menyenangkan. Pembelajaran ini bisa memberikan bekal yang baik. Belajarnya bisa ditingkatkan kualitasnya," kata Totok
Sejalan dengan peningkatan kreativitas, terus diupayakan untuk menemukan dan memahami cara-cara dalam meningkatkan hasil pembelajaran siswa kelas awal di berbagai daerah di Indonesia. Hal itu terutama dalam bidang literasi dan numerasi serta pendidikan inklusif.
Terkait upaya tersebut, Kemendikbud dan Kementerian Agama (Kemenag) menjalankan program INOVASI yang digagas bersama Pemerintah Australia sejak 2016,
Totok mengungkapkan setiap kali dirinya melihat dan berkunjung ke sekolah-sekolah yang menjadi garapan program INOVASI, selalu timbul rasa optimisme bahwa melalui kolaborasi ini kualitas pendidikan di Indonesia bisa ditingkatkan.
Totok menyebutkan guru ternyata dapat mengubah kultur belajar dari yang kaku, yang serba ikuti petunjuk, menjadi sebuah proses belajar yang penuh dengan kreativitas.
"Pelajaran matematika menjadi menyenangkan, literasi ternyata bisa ditingkatkan dengan cara-cara yang bisa dimunculkan oleh guru-guru yang bersangkutan,” tambah Totok.
Pelaksanaan program INOVASI, ujar Totok, membutuhkan kreativitas yang mendorong setiap guru di sekolah sasaran untuk berkreasi.
"Kreativitas memang tidak bisa diajarkan, tetapi bisa ditumbuhkan dan ditularkan karena kreativitas yang dimiliki guru berbeda-beda,” ungkap Kabalitbangbuk.
Totok menegaskan target dari program INOVASI ini adalah memiliki sekolah-sekolah yang melaksanakan praktik baik yang bisa diadaptasi oleh sekolah-sekolah lain.
“Kalau selama ini banyak sekolah yang menunggu petunjuk dari Kementerian untuk menjalankan proses pendidikannya, maka INOVASI ini dibalik. Jangan menunggu petunjuk tetapi Ayo. Jangan takut untuk mencoba berkreasi. Jangan takut salah. Karena kreativitas tidak mengenal salah,” tegasnya.
Sejak 2018, INOVASI berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya untuk memajukan pendidikan dan meningkatkan hasil belajar siswa-siswa di Indonesia.
Program tersebut khususnya berlangsung di empat provinsi mitra INOVASI yaitu Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Timur dan Kalimantan Utara.
INOVASI melibatkan 21 mitra yang terdiri atas Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK), NGO (Organisasi Non-Pemerintah), dan institusi lainnya.