Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Larangan Alkohol yang Bikin India Terancam Melarat

Para pejabat dari berbagai negara bagian mengkritik kebijakan Modi yang bikin pajak alkohol lenyap. Sejumlah pemimpin negara bagian mengkritik kebijakan PM Modi ini.
Suasana pedestrian di Mumbai, India, setelah pemberlakuan lockdown pada 25 Maret 2020. Bloomberg
Suasana pedestrian di Mumbai, India, setelah pemberlakuan lockdown pada 25 Maret 2020. Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Keputusan Perdana Menteri Narendra Modi melarang peredaran minuman beralkohol selama masa lockdown bikin India terancam merugi besar-besaran.

Pasalnya, kebijakan itu bikin negara-negara bagian di India tak mendapat pemasukan pajak alkohol yang ditaksir bisa menyentuh 7 miliar rupe (setara US$92 juta) per hari.

"Alkohol adalah pemasukan besar untuk semua negara. Bagaimana mungkin mengganti hilangnya pemasukan dari keputusan itu?," Amarinder Singh, Kepala Menteri di Negara Bagian Punjab seperti dilansir Bloomberg.

Singh, yang berasal dari partai oposisi, merupakan salah satu pejabat yang memprotes kebijakan Modi sejak awal. Namun, dia bukan satu-satunya.

Thomas Isaac yang menjabat sebagai Menteri Keuangan Negara Bagian Kerala juga menentang sikap Modi. Menurutnya, pelarangan alkohol Modi bikin pandemi Covid-19 terasa kian sulit bagi orang-orang di India.

"Pemerintah lah yang seharusnya bertanggung jawab dalam pertarungan ini. Namun, sekarang semua sumber pemasukan mengering, benar-benar tak ada jalan menambah pemasukan," tuturnya.

Isaac juga menyoroti sikap pemerintah yang di sisi lain menerapkan lockdown dengan begitu ketat. Paling tidak, bila ada pelarangan yang memangkas pajak alkohol, seharusnya masyarakat tetap diperbolehkan menjalankan aktivitas ringan untuk tetap menggerakkan roda ekonomi.

Hilangnya pajak alkohol memperparah perekonomian India yang sebelumnya terpukul karena penurunan transaksi bahan bakar dan real estate. Penasihat ekonomi pemerintah Govinda Rao memprediksi pada tahun ini penurunan pajak India bisa menyentuh 2,9 triliun rupee.

Modi, di sisi lain tak mau ambil pusing dengan kritik yang ramai mengarah ke kebijakannya. Sejumlah pengamat politik kemudian menilai sikap ini sebagai pertanda buruk.

"Sikap Modi membuat dirinya tampak semakin kuat, tapi di sisi lain India tampak sebagai negara yang kian lemah. Saya rasa, bagaimana perjalanan politik Modi setelah pandemi ini akan tergantung dari berapa kasus yang akan terjadi, berapa angka kematian akhir, dan apakah kebijakannya bisa mengalahkan waktu," ujar peneliti Center For Policy Research Rahul Verma.

Sebagai catatan, saat ini Covid-19 sudah menginfeksi 29.451 orang di India. Dari jumlah tersebut, 939 di antaranya dinyatakan meninggal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper