Bisnis.com, JAKARTA - Keputusan Perdana Menteri Narendra Modi melarang peredaran minuman beralkohol selama masa lockdown bikin India terancam merugi besar-besaran.
Pasalnya, kebijakan itu bikin negara-negara bagian di India tak mendapat pemasukan pajak alkohol yang ditaksir bisa menyentuh 7 miliar rupe (setara US$92 juta) per hari.
"Alkohol adalah pemasukan besar untuk semua negara. Bagaimana mungkin mengganti hilangnya pemasukan dari keputusan itu?," Amarinder Singh, Kepala Menteri di Negara Bagian Punjab seperti dilansir Bloomberg.
Singh, yang berasal dari partai oposisi, merupakan salah satu pejabat yang memprotes kebijakan Modi sejak awal. Namun, dia bukan satu-satunya.
Thomas Isaac yang menjabat sebagai Menteri Keuangan Negara Bagian Kerala juga menentang sikap Modi. Menurutnya, pelarangan alkohol Modi bikin pandemi Covid-19 terasa kian sulit bagi orang-orang di India.
"Pemerintah lah yang seharusnya bertanggung jawab dalam pertarungan ini. Namun, sekarang semua sumber pemasukan mengering, benar-benar tak ada jalan menambah pemasukan," tuturnya.
Baca Juga
Isaac juga menyoroti sikap pemerintah yang di sisi lain menerapkan lockdown dengan begitu ketat. Paling tidak, bila ada pelarangan yang memangkas pajak alkohol, seharusnya masyarakat tetap diperbolehkan menjalankan aktivitas ringan untuk tetap menggerakkan roda ekonomi.
Hilangnya pajak alkohol memperparah perekonomian India yang sebelumnya terpukul karena penurunan transaksi bahan bakar dan real estate. Penasihat ekonomi pemerintah Govinda Rao memprediksi pada tahun ini penurunan pajak India bisa menyentuh 2,9 triliun rupee.
Modi, di sisi lain tak mau ambil pusing dengan kritik yang ramai mengarah ke kebijakannya. Sejumlah pengamat politik kemudian menilai sikap ini sebagai pertanda buruk.
"Sikap Modi membuat dirinya tampak semakin kuat, tapi di sisi lain India tampak sebagai negara yang kian lemah. Saya rasa, bagaimana perjalanan politik Modi setelah pandemi ini akan tergantung dari berapa kasus yang akan terjadi, berapa angka kematian akhir, dan apakah kebijakannya bisa mengalahkan waktu," ujar peneliti Center For Policy Research Rahul Verma.
Sebagai catatan, saat ini Covid-19 sudah menginfeksi 29.451 orang di India. Dari jumlah tersebut, 939 di antaranya dinyatakan meninggal.