Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Boris Johnson mendesak masyarakat Inggris untuk terus mematuhi aturan lockdown guna menghindari gelombang kedua penyebaran wabah virus Corona.
Arahan ini disampaikan Johnson bahkan ketika jumlah kematian harian di Inggis turun ke level terendah hanya dalam waktu kurang dari sebulan.
Johnson mengatakan Inggris sedikit lagi dapat mengendalikan virus tersebut. Johnson mendesak orang-orang untuk tidak mengendurkan upaya pembatasan sosial yang telah menekan jumlah penularan.
Jumlah kematian yang tercatat dari virus Corona di rumah sakit Inggris turun menjadi 360, angka harian terendah sejak 30 Maret.
"Ini adalah peluang. Ini adalah waktu di mana kita bisa sedikit lega. [Tetapi] Ini juga momen di mana risiko tinggi masih ada," ujar Johnson seperti dikutip Bloomberg, Selasa (28/4/2020).
Dia menekankan bahwa pelonggaran pembatasan dapat memicu gelombang kedua penyebaran virus.
Perdana menteri kembali bekerja disambut oleh kelelahan publik yang memuncak dengan lockdown yang telah menutup sebagian besar toko dan semua pub dan restoran, serta mencegah masyarakat bersosialisasi secara fisik.
Ada seruan antara pemilik bisnis dan anggota Partai Konservatif agar ekonomi dapat dimulai kembali.
Sebuah survei terhadap lebih dari 1.000 pimpinan bisnis menunjukkan, dari empat orang bahkan tidak sampai satu yang optimistis pada prospek bisnis mereka selama 12 bulan ke depan.
Enam pemimpin bisnis, termasuk donor miliarder Partai Konservatif Michael Spencer dan Peter Hargreaves, telah menulis surat kepada pemerintah untuk meminta mereka meringankan pembatasan, menurut Sunday Times.
Namun, Johnsondengan tegas mengatakan tidak akan ada relaksasi segera dari aturan lockdown saat ini.
Meskipun kebijakan ini dianggap berhasil karena angka pasien baru berukurang, Johnson mengatakan penting untuk berhati-hati.
Johnson menginginkan agar ekonomi dapat kembali bergerak secepat mungkin. Tapi Johnson menyatakan tidak akan menyia-nyiakan upaya dan pengorbanan rakyat Inggris dan mengambil risiko atas kemungkinan terjadi wabah gelombang kedua.
“Saya meminta Anda untuk menahan ketidaksabaran Anda karena saya yakin kita akan segera sampai pada tahap pertama dari konflik ini. Terlepas dari semua penderitaan, kita hampir berhasil," kata Johnson.
Untuk bergerak terlalu dini, kata Johnson, akan mengambil risiko tidak hanya gelombang baru kematian dan penyakit, tetapi juga bencana ekonomi jika pemerintah sekali lagi terpaksa menginjak rem.