Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kasus Covid-19 Mereda, Eropa 'PD' Longgarkan Kebijakan Lockdown

Beberapa negara di Eropa segera melonggarkan aturan lockdown di negaranya seiring dengan jumlah kasus yang mulai berkurang.
Kurir pengantar makanan Glovo memakai masker saat berjalan melewati lapangan Puerta del Sol yang kosong akibat penerapan karantina ditengah wabah virus corona Covid-19 di Madrid, Spanyol, Minggu (19/4/2020)./Antara/Reuters
Kurir pengantar makanan Glovo memakai masker saat berjalan melewati lapangan Puerta del Sol yang kosong akibat penerapan karantina ditengah wabah virus corona Covid-19 di Madrid, Spanyol, Minggu (19/4/2020)./Antara/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Spanyol dan Prancis akan menguraikan rencana melonggarkan kebijakan lockdown meskipun ada kekhawatiran bahwa langkah-langkah tersebut dapat menjadi bumerang.

Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengatakan akan mengumumkan langkah-langkah pelonggaran setelah pertemuan kabinet mingguan Selasa besok. 

Sementara itu, Prancis bersiap melonggarkan karantina setelah 11 Mei 2020. Perdana Menteri Edouard Philippe akan menyerahkan cetak biru rencana pelonggaran oleh pemerintah kepada Majelis Nasional pada Selasa sore.

Adapun, Italia yang menjadi pusat awal wabah di Benua Biru akan segera mengizinkan orang untuk meninggalkan rumah untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu.

Negara ini bergabung dengan para tetangganya, termasuk Jerman, Austria, dan Belanda yang telah lebih dulu melonggarkan aturan karantina. Swiss hari ini mulai mengizinkan sejumlah pelaku bisnis ritel dan studio tato mulai kembali beroperasi.

Langkah-langkah pelonggaran ini diputuskan setelah perkembangan kasus yang lebih rendah. Infeksi di Spanyol naik kurang dari 2.000 selama dua hari berturut-turut pada Minggu dan Senin, 26-27 April 2020. Sementara Jerman mencapai angka itu untuk hari ketiga berturut-turut. Di Prancis, kasus-kasus baru meningkat, tetapi Italia hanya melaporkan 1.739 infeksi, jumlah harian terendah dalam tujuh minggu.

Didorong perkembangan terbaru tersebut, para pemimpin Eropa telah menyatakan keinginan kuat memulai kembali ekonomi setelah karantina menyebabkan penutupan pabrik, membatasi perjalanan, dan mengunci pergerakan orang di rumah masing-masing.

Namun, setelah lebih dari 110.000 kematian di benua itu, para pembuat kebijakan waspada terhadap keputusan yang dapat mempertaruhkan nyawa para warga.

"Tren umum menunjukkan pengurangan penyebaran virus. Data memberi kita indikasi keberhasilan tindakan penahanan yang diambil tetapi juga menunjukkan bahwa ketika kita mulai mengurangi penguncian kita harus hati-hati memantau jumlah kasus baru dan semua indikator lainnya," kata Silvio Brusaferro, kepala lembaga kesehatan masyarakat Italia pada konferensi pers di Roma, dilansir Bloomberg, Selasa (28/4/2020).

Sementara negara-negara Eropa lainnya baru memulai pelonggaran, Austria merupakan pertama membuka kembali aktivitas ekonomi pada dua minggu lalu. Kebijakan itu tidak menimbulkan peningkatan infeksi baru, yang telah berada di bawah angka 100 selama sembilan hari berturut-turut.

Kanselir Sebastian Kurz mengatakan, pembukaan ekonomi di Austria akan terus berlanjut tetapi mengingatkan bahwa bahaya belum sepenuhnya hilang.

Austria telah mencairkan stimulus lebih dari 14 miliar euro (US$15,2 miliar), termasuk dengan subsidi upah untuk sekitar 1,1 juta pekerjaan atau sekitar seperempat tenaga kerja.

"Kami harus terus menahan penyebaran virus Corona dan pada saat yang sama memulai kembali ekonomi. Bahkan ketika situasi terlihat baik hari ini, kami tidak bisa mengesampingkan gelombang infeksi kedua di sepanjang jalan," katanya dalam sebuah pidato baru-baru ini.

Sementara itu, Portugal sedang bersiap untuk membuka kembali sejumlah aktivitas ekonomi. Perdana Menteri Antonio Costa mengatakan warga diwajibkan menggunakan masker saat menaiki transportasi umum, sedangkan restoran harus mengurangi kapasitas tempat duduk.

"Kami mengalami penurunan yang signifikan dalam jumlah infeksi, tetapi pelonggaran yang terjadi dalam beberapa hari terakhir belum memiliki dampak apa pun. Karena itu, saya merekomendasikan agar kami melanjutkan dengan sangat hati-hati agar tidak menerapkan pelonggaran lebih lanjut," kata Menteri Ekonomi Jerman Peter Altmaier.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper