Bisnis.com, JAKARTA - Keterlambatan nyaris dua setengah bulan mengatasi pandemi virus Corona (Covid-19) di Indonesia masih harus berhadapan dengan masalah keterbukaan dan sinkronisasi data, sehingga mendorong lahirnya inisiatif masyarakat sipil melakukan mitigasi melalui data.
Koordinator Relawan Kawal Covid-19 Elina Ciptadi menjelaskan organisasi yang berasal dari embrio Kawal Pemilu 2019 ini mengatakan inisiatif ini lahir dari kesadaran pada masifnya penularan Covid-19.
Dia menyebut, maraknya misinformasi di Indonesia soal Covid-19 pada awal mulainya wabah ini menambah runyam proses penanganan. Padahal, jika belajar dari beberapa negara yang sukses menanggulangi dan menekan laju penularan Covid-19 ada lima hal yang diperlukan selama Covid-19 mewabah.
Pertama, ada kepemimpinan informasi dari pemerintah. Kedua, ada upaya pemeriksaan yang agresif. Ketiga, ada keterbukaan data. Keempat, ada penelusuran kontak dengan pasien positif. Kelima, langkah tegas sedini mungkin.
“Contoh paling baik misalnya Selandia Baru, Taiwan, dan Korea Selatan yang berhasil menekan laju kasus dengan lima langkah itu,” kata Elina dalam diskusi Covid-19 bersama AJI Jakarta, Jumat (24/4/2020).
Kawal Covid-19 pun memulai metode pengelolaan data dengan cara membandingkan data dari Kementerian Kesehatan dengan data dari Pemerintah Daerah. Dengan cara ini saja, Elina mengakui masih sering ditemukan gap antara data pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
Baca Juga
“Gap ini bisa dijelaskan, karena misalnya di daerahh A tidak ada lab, jadi harus kirim sample ke pusat. Lalu hasilnya pusat duluan yang tahu dan menambahkan di statistik, daerah menyusul,” ujarnya.
Sementara itu, Irma Hidayana, Co-Inisiator LaporCovid-19 menambahkan, ihwal lahirnya gerakan ini juga karena keresahan pada data resmi yang diumumkan oleh pemerintah tidak merefleksikan apa yang terjadi di masyarakat. Sementara, prediksi distribusi penyakit ini angkanya cukup besar.
“Informasi sekunder yang kami dapat dari teman atau keluarga maupun kolega yang meninggal secara tiba-tiba disertai gejala mirip Covid-19 ini masih belum mendapat kesempatan dites Covid-19,” jelas Irma.
Oleh sebab itu, Irma dan beberapa kawan mulai mencoba membuat platform yang bisa mudah diakses oleh warga untuk melaporkan hal-hal terkait Covid-19. Dengan menggunakan metode pendekatan bottom-up, citizen reporting platform, Irma berharap bisa menjemput bola alias menjemput kasus sekaligus melengkapi data pemerintah.
“Mekanisme kami ketata, kami tidak menyebarkan data pribadi, termasuk identitas. Kami mempublikasikan hanya angka, lokasi untuk memperlihatkan sebaran kasus, gejala, dan komorbidnya,” sambung Irma.