Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Oxford Uji Coba Vaksin Corona Pertama Kali ke Manusia

Vaksin virus Corona dikembangkan dalam waktu kurang dari tiga bulan oleh sebuah tim di Universitas Oxford.
Seorang peneliti bekerja di laboratorium pusat pencegahan dan pengendalian penyakit di Nanyang, Provinsi Henan, China tengah, pada 4 Februari 2020./Antara-Xinhua
Seorang peneliti bekerja di laboratorium pusat pencegahan dan pengendalian penyakit di Nanyang, Provinsi Henan, China tengah, pada 4 Februari 2020./Antara-Xinhua

Bisnis.com, JAKARTA - Universitas Oxford melakukan uji coba vaksin virus Corona atau Covid-19 untuk pertama kalinya ke manusia. Uji coba tersebut dilakukan terhadap dua sukarelawan.

Dari 800 orang yang direkrut untuk penelitian, kedua sukarelawan tersebut akan disuntik uji coba vaksin virus Corona untuk pertama kalinya. Setelah itu, setengahnya nanti akan menyusul untuk diberikan vaksin Covid-19 dan sisanya akan diberi vaksin untuk meningitis.

Pada uji coba ini, sukarelawan tidak akan tahu vaksin mana yang mereka dapatkan, meskipun dokter akan melakukannya.

"Saya seorang ilmuwan, jadi saya ingin mencoba untuk mendukung proses ilmiah di mana pun saya bisa," kata Elisa Granato, salah satu dari dua sukarelawan yang menerima vaksin seperti dikutip BBC.com, Minggu (26/4/2020).

Vaksin ini dikembangkan dalam waktu kurang dari tiga bulan oleh sebuah tim di Universitas Oxford. Sarah Gilbert, profesor vaksinologi di Jenner Institute, memimpin penelitian pra-klinis.

"Secara pribadi saya memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap vaksin ini. Tentu saja, kita harus mengujinya dan mendapatkan data dari manusia. Kita harus menunjukkan itu benar-benar bekerja dan menghentikan orang yang terinfeksi virus Corona sebelum menggunakan vaksin pada populasi yang lebih luas," ujarnya.

Lantas, bagaimana cara kerja vaksin? Vaksin ini dibuat dari versi lemah dari virus flu biasa dikenal sebagai adenovirus dari simpanse yang telah dimodifikasi sehingga tidak dapat tumbuh pada manusia.

Sebelumnya, Tim Oxford telah mengembangkan vaksin untuk melawan Mers, jenis lain dari coronavirus, menggunakan pendekatan yang sama dan yang menjanjikan hasil dalam uji klinis.

Adapun, satu-satunya cara tim akan mengetahui apakah vaksin Covid-19 bekerja adalah dengan membandingkan jumlah orang yang terinfeksi virus Corona dalam beberapa bulan mendatang dari kedua kelompok percobaan.

"Kami mengejar akhir dari gelombang epidemi saat ini. Jika kami tidak menangkapnya, kami tidak akan dapat memastikan apakah vaksin bekerja dalam beberapa bulan ke depan. Tetapi kami berharap bahwa akan ada lebih banyak kasus di masa depan karena virus ini belum hilang," ujar Profesor Andrew Pollard, direktur Kelompok Vaksin Oxford.

Para peneliti vaksin, imbuhnya, memprioritaskan rekrutmen petugas layanan kesehatan lokal ke dalam percobaan karena mereka lebih mungkin terkena virus daripada yang lain.

Uji coba yang lebih besar, dari sekitar 5.000 sukarelawan, akan dimulai dalam beberapa bulan mendatang dan tidak memiliki batasan usia.

Orang yang lebih tua cenderung memiliki respons imun yang lebih lemah terhadap vaksin. Para peneliti sedang mengevaluasi apakah kelompok tersebut membutuhkan dua dosis.

Tim Oxford juga bekerja sama dengan para peneliti di Kenya tentang kemungkinan uji coba vaksin di sana, di mana tingkat penularan tumbuh dari basis yang lebih rendah.

"Jika kita mencapai titik di mana kita memiliki beberapa perawatan untuk penyakit ini dan kita dapat menjamin keselamatan sukarelawan, itu akan menjadi cara yang sangat baik untuk menguji vaksin," katanya.

Mengenai keamanan dari vaksin tersebut, para sukarelawan uji coba akan dimonitor dengan cermat dalam beberapa bulan mendatang. Mereka telah diberitahu bahwa beberapa orang mungkin mengalami sakit lengan, sakit kepala atau demam dalam beberapa hari pertama setelah vaksinasi.

Mereka juga diberi tahu ada risiko teoretis bahwa virus itu dapat memicu reaksi serius terhadap virus Corona, yang muncul dalam beberapa studi vaksin hewan Sars awal.

Tetapi tim Oxford mengatakan datanya menunjukkan risiko vaksin yang menghasilkan penyakit tambahan minimal dan data dari penelitian pada hewan positif.

Para ilmuwan di sana berharap memiliki satu juta dosis yang siap digunakan pada September nanti dan untuk secara bertahap meningkatkan produksi setelah itu, jika vaksin terbukti efektif.

"Kita harus memastikan bahwa kita memiliki dosis yang cukup untuk menyediakan bagi mereka yang sangat membutuhkan, tidak hanya di Inggris tetapi juga di negara-negara berkembang." jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper