Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Agama Fachrul Razi menilai mudik dalam kondisi pandemi Covid-19 cenderung memberikan mudarat yang lebih besar dibandingkan dengan manfaatnya.
Da;lam pandangannya, penyebaran Covid-19 berpotensi lebih meluas jika masyarakat melakukan perjalanan. Adapun salah satu mobilitas paling tinggi terjadi saat mudik Lebaran.
“Potensi penyebaran Covid-19 harus kita antisipasi. Mudik bisa menjadi salah satu faktor. Sehingga, mudik saat pandemik dinilai lebih banyak mudaratnya. Sebab, mudik bisa menjadi sarana tersebarnya Covid-19 ke kampung,” ujarnya sebagaimana tertera pada laman resmi Kemenag pada Rabu (22/4/2020).
“Kalau kita sayang keluarga di rumah, sayang sama orang tua dan saudara di kampung, tahun ini jangan mudik. Silaturahim bisa kita jalin dengan cara lain, misalnya melalui sambungan telepon atau lainnya,” ucapnya.
Mudik dinilai menjadi bagian dari tradisi masyarakat Indonesia. Namun, kebijakan pemerintah memberlakukan larangan mudik itu diambil demi kebaikan masyarakat Indonesia, di tengah kondisi pandemi corona.
Menag menjelaskan acara berkumpul bersama keluarga menjadi momen yang ditunggu. Biasanya, mantan Wakil Panglima TNI ini bersiap pulang kampung saat memasuki pertengahan Ramadan.
“Tapi, kita tahu bersama bahwa situasi sekarang tidak memungkinkan. Oleh sebab itu, Pemerintah, dalam hal ini bapak Presiden, mulai 24 April nanti melarang untuk mudik. Kami mendukung itu,” sambung Menag.
Dia berharap larangan mudik tidak mengganggu kekhidmatan Ramadan yang segera tiba. Sebaliknya, masyarakat dapat lebih fokus menjalani ibadah di rumah selama bulan suci ini.
“Mudah-mudahan ini tidak mengurangi kegairahan dan semangat ibadah saat Ramadan. Mari semarakkan Ramadan dengan beribadah di rumah saja,” tuturnya.
Sebelumnya, pemerintah telah menetapkan melarang aktivitas mudik pada 24 April 2020. Kebijakan ini dikeluarkan untuk seluruh masyarakat. Adapun pemerintah memastikan bahwa arus logistik tetap akan tersalur.