Bisnis.com, JAKARTA – Eropa kemungkinan akan mengalami resesi yang lebih parah daripada seluruh dunia. Wakil Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Luis de Guindos mengatakan karena itulah pemulihan ekonomi harus dimulai pada semester kedua tahun ini.
Dia melanjutkan pemulihan mungkin memakan waktu hingga 2021, tetapi tanda-tanda pertama pertumbuhan harus terlihat mulai pada kuartal ketiga tahun ini.
"Dengan semua langkah ini sekarang dimainkan, Eropa lebih siap untuk menanggapi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Guindos dilansir Bloomberg pada Minggu (12/4/2020).
ECB bulan lalu meluncurkan program darurat pembelian 750 miliar euro (US$820 miliar) sebagai tanggapan terhadap krisis terburuk di kawasan euro dalam beberapa dekade terakhir.
Guindos mengatakan pengeluaran tambahan pemerintah untuk melawan dampak virus akan memerlukan kebutuhan pendanaan yang lebih besar, antara 1 triliun euro dan 1,5 triliun euro, jumlah yang mungkin belum pernah dialami sebelumnya.
Namun demikian, Guindos mengatakan tingkat utang di kawasan euro masih stabil. Tindakan ECB bertujuan menghindari fragmentasi karena pemerintah berusaha untuk membiayai kebutuhan dalam negeri.
"Kami tidak melihat skenario apa pun di mana utang ini menjadi masalah. Ini bukan skenario yang sedang saya pertimbangkan," ujarnya.