Bisnis.com, JAKARTA – Langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk membatasi ekspor masker dan alat pelindung lainnya yang diperlukan untuk memerangi pandemi penyakit virus corona (Covid-19) menarik reaksi keras dari penjuru dunia.
Dihadapkan dengan kritik dari dalam negeri soal penanganan pemerintahannya terhadap krisis Covid-19 dan minimnya pasokan di rumah sakit, Trump pada Jumat malam (3/4/2020) memberlakukan larangan ekspor masker N95, sarung tangan bedah, dan peralatan pelindung lainnya.
Sehari berselang, pada Sabtu (4/4/2020), Trump menjelaskan pemerintahannya berupaya untuk memastikan bahwa produk-produk yang dibuat di AS digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan warga Amerika.
Larangan ekspor tersebut diambil setelah berselisih dengan 3M terkait ekspor masker yang sesungguhnya diperlukan di AS. Perusahaan pembuat masker ini memperingatkan bahwa pembatasan ekspor akan mendorong negara lain membalas dengan menahan pasokan medis yang diperlukan AS.
“Jika pihak mana pun tidak memberi apa yang kami butuhkan untuk orang-orang kami, kami akan bersikap keras,” tambah Trump, seperti dilansir dari Bloomberg.
Langkah untuk membatasi ekspor terjadi setelah puluhan negara lain termasuk China dan Uni Eropa melakukan hal yang sama dalam beberapa pekan terakhir.
Namun kedudukan AS, sebagai negara berekonomi terbesar di dunia, memberi efek tindakan yang lebih besar. Para aliansinya juga mengeluh bahwa AS secara bersamaan melakukan kampanye agresif untuk mengalahkan negara-negara lain dalam hal penawaran pasokan secara internasional.
Akhir pekan lalu, pejabat pemerintah Kanada mencoba meyakinkan pemerintahan Trump untuk mengecualikan negara ini dari larangan ekspor. Pembicaraan itu berlanjut pada Senin (6/4/2020) antara Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan rekan sejawatnya dari Kanada.
Langkah AS sendiri telah menimbulkan kemarahan di Kanada karena negara tetangga AS tersebut menyediakan bahan baku untuk masker yang dibuat oleh produsen-produsen Amerika seperti 3M dan Honeywell.
“Kami saling berhubungan dan saling terkait dalam banyak hal mulai dari sumber daya primer yang mengalir ke perusahaan-perusahaan Amerika untuk membuat peralatan yang sangat dibutuhkan baik di Amerika Utara maupun di seluruh dunia, hingga pengiriman produk dari Kanada ke AS dan dari AS ke Kanada,” tutur Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau pada Senin (6/4).
Ada juga tanda-tanda bahwa tindakan AS terhadap ekspor tak sekadar diberlakukan untuk masker N95 dan peralatan pelindung lainnya seperti yang diumumkan pada Jumat (3/4).
Di Barbados, Menteri Kesehatan Jeffrey Bostic mengatakan pada hari Minggu (5/4) bahwa pesanan 20 ventilator yang disumbangkan ke negara kepulauan Karibia ini oleh seorang dermawan yang tidak disebutkan namanya telah diblokir untuk keluar dari AS.
Di Brasil, Menteri Kesehatan Luiz Henrique Mandetta pekan lalu mengatakan bahwa upaya negara ini untuk mendapatkan pasokan medisnya sendiri dari China gagal dilakukan setelah AS membuat pesanan untuk pasokan yang sama dalam jumlah besar.
Surat kabar Folha de Sao Paulo juga melaporkan pekan lalu bahwa 600 ventilator yang dipesan dari China oleh negara bagian Brasil, Bahia, akhirnya dicegat oleh AS di bandara Miami.
Pemasok ventilator China secara sepihak membatalkan kontraknya dengan pemerintah negara bagian Bahia karena alasan-alasan teknis, menurut menteri keuangan negara itu.
Warga Brasil pun mengkritik upaya Presiden Jair Bolsonaro untuk menjilat dengan Trump sebagai hal yang sia-sia. Pada Sabtu (4/4) viral sebuah cuitan yang berisikan bahwa AS telah kehilangan kendali atas virus corona dan mencuri kargo impor alat-alat pelindung diri dari negara-negara lain.
Pemerintah AS tak bergeming, di sisi lain negara adi daya ini telah berulang kali menampik tudingan pembajakan kargo yang ditujukan ke negara-negara lain.