Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dituding AS Sembuyikan Data Korban Corona, Cina: AS Alihkan Kesalahan

China menolak kesimpulan komunitas intelijen Amerika Serikat bahwa Beijing menyembunyikan tingkat pandemi Virus Corona atau Covid-19 dan menuduh pemerintah AS berupaya mengalihkan kesalahan atas penanganan wabahnya sendiri.
Presiden China Xi Jinping  menuju ke Rumah Sakit (RS) Huoshenshan setelah tiba di Wuhan untuk melakukan kunjungan inspeksi, Selasa (10/3/2020). Wuhan merupakan kota di Provinsi Hubei yang menjadi pusat penyebaran Virus Corona atau Covid-19. Foto: Antara dari Xinhua
Presiden China Xi Jinping menuju ke Rumah Sakit (RS) Huoshenshan setelah tiba di Wuhan untuk melakukan kunjungan inspeksi, Selasa (10/3/2020). Wuhan merupakan kota di Provinsi Hubei yang menjadi pusat penyebaran Virus Corona atau Covid-19. Foto: Antara dari Xinhua

Bisnis.com, JAKARTA - China menolak kesimpulan komunitas intelijen Amerika Serikat bahwa Beijing menyembunyikan tingkat pandemi Virus Corona atau Covid-19 dan menuduh pemerintah AS berupaya mengalihkan kesalahan atas penanganan wabahnya sendiri.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying mengatakan pihaknya "terbuka dan transparan" terhadap virus yang pertama kali diidentifikasi pada bulan Desember tahun lalu di kota Wuhan, China bagian tengah.

Dia menanggapi laporan Bloomberg News yang mengatakan bahwa komunitas intelijen AS telah menyimpulkan dalam laporan rahasia ke Gedung Putih bahwa Beijing tidak melaporkan semua kasus dan kematian akibat penyakit tersebut.

"Beberapa pejabat A.S. hanya ingin mengalihkan kesalahan mereka," ujar Hua saat memberikan keterangan di Beijing seperti dikutip Bloomberg.com, Jumat (3/4/2020).

Dia mengatakan sebenarnya pihaknya tidak ingin berdebat dengan pejabat AS, tetapi karena dihadapkan dengan fitnah moral yang berulang-ulang oleh mereka maka saya merasa terdorong untuk meluangkan waktu dan mengklarifikasi fakta tersebut.

Hua mempertanyakan kecepatan respons AS terhadap virus setelah melarang kedatangan warga China pada 2 Februari lalu.

"Adakah yang bisa memberi tahu kami apa yang telah dilakukan AS dalam dua bulan berikutnya,?" katanya mempertanyakan.

Pelaporan publik China tentang kasus dan kematian sengaja tidak lengkap, menurut Bloomberg seperti mengutip tiga pejabat AS yang meminta untuk tidak diidentifikasi karena laporan itu rahasia.

Dua pejabat mengatakan bahwa angka-angka yang disampaikan China palsu. Laporan itu diterima oleh Gedung Putih pekan lalu, menurut satu pejabat.

Sejak China pertama kali mengungkapkan bentuk pneumonia baru pada 31 Desember, negara itu telah secara terbuka melaporkan sekitar 82.000 kasus dan 3.300 kematian.

Lebih dari 189.000 kasus dan lebih dari 4.000 kematian terjadi di AS sekaligus sebagai wabah terbesar yang dilaporkan secara publik ke dunia internasional.

Presiden Donald Trump mengatakan pada Rabu bahwa dia belum menerima laporan intelijen yang mengatakan Beijing telah menyembunyikan wabah itu, tetapi statistik mereka tampaknya rendah.

"Angka statistik mereka tampaknya tidak terlalu terang dan saya bersikap baik ketika saya mengatakan itu," katanya pada briefing harian di Gedung Putih.

Trump menambahkan bahwa AS dan China selalu berkomunikasi dan Beijing akan menghabiskan US$250 miliar untuk membeli produk-produk AS. Sedangkan Staf komunikasi di Gedung Putih dan kedutaan China di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar.

"Kenyataannya adalah bahwa kita bisa lebih baik jika China lebih terbuka," kata Wakil Presiden Mike Pence seperti dikutip CNN.com.

"Apa yang tampak jelas sekarang adalah bahwa jauh sebelum dunia mengetahui pada bulan Desember bahwa China sedang menangani ini, dan mungkin sebanyak sebulan lebih awal dari itu, bahwa wabah itu nyata di China."

China pada akhirnya memberlakukan penguncian dan karantina massal, dan mendirikan klinik demam untuk memperlambat penyebaran virus sehingga timbul keraguan.

Pemerintah Cina telah berulang kali merevisi metodologinya untuk menghitung kasus dan selama berminggu-minggu mengecualikan orang tanpa gejala sepenuhnya. Hanya pada menambahkan ada lebih dari 1.500 kasus tanpa gejala total.

"Klaim bahwa Amerika Serikat memiliki lebih banyak kematian karena Virus Corona dari pada China adalah salah," kata Senator Ben Sasse, seorang Republikan Nebraska, dalam sebuah pernyataan setelah Bloomberg News menerbitkan laporannya.

"Tanpa mengomentari informasi rahasia apa pun, ini jelas sangat menyakitkan: Partai Komunis China telah berbohong, berbohong, dan akan terus berbohong tentang Covid-1 untuk melindungi rezim."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper