Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jumlah Kasus Corona Tembus 1 Juta di Dunia, Pasien Sembuh 4 Kali Lebih Banyak dari Meninggal

Terhitung sejak Desember 2019, sebanyak lebih dari 51.000 pasien yang terinfeksi telah meninggal, sedangkan jumlah yang sembuh mencapai lebih dari 200.000 orang.
Pekerja bersiap untuk memindahkan jenazah ke dalam trailer di luar Rumah Sakit Pusat Brooklyn di tengah pandemi virus corona di New York, Amerika Serikat, Senin (30/3/2020)./Antara^Reuters
Pekerja bersiap untuk memindahkan jenazah ke dalam trailer di luar Rumah Sakit Pusat Brooklyn di tengah pandemi virus corona di New York, Amerika Serikat, Senin (30/3/2020)./Antara^Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Jumlah kasus penyakit virus corona (Covid-19) akhirnya menembus 1 juta di seluruh dunia. Angka ini dicapai hanya empat bulan setelah kasus virus mematikan tersebut pertama kali mengemuka di kota Wuhan, China.

Terhitung sejak Desember 2019, sebanyak lebih dari 51.000 pasien yang terinfeksi telah meninggal, sedangkan jumlah yang sembuh mencapai lebih dari 200.000 orang. Krisis kesehatan publik global terbesar saat ini.

Ketika pertama kali ditemukan, para dokter menyamakan virus ini dengan virus penyebab penyakit Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS), yang menjangkiti 8.000 orang, mayoritas di Asia, pada tahun 2003.

Tak butuh waktu lama, virus corona jenis baru yang memang masih satu keluarga dengan virus penyebab SARS itu menjalar ke luar China. Satu persatu negara melaporkan kasus terinfeksi dan korban jiwa.

Filipina melaporkan kematian pertama di luar China, seorang pria berusia 44 tahun. Gelombang infeksi mulai menyapu Asia, Eropa, dan kawasan lainnya. Seakan-akan tak ada wilayah yang dapat bersembunyi darinya.

Pada 30 Januari, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan epidemi virus corona jenis baru itu sebagai darurat kesehatan global. Langkah ini memungkinkannya untuk mengoordinasikan respons di antara negara-negara dan merekomendasikan tindakan kebijakan, termasuk pembatasan perjalanan.

Sangat menular, dan dalam sejumlah kasus muncul dengan sedikit atau tanpa gejala, keganasan Covid-19 dengan cepat melampaui semua jenis wabah baru-baru ini baik dalam hal skala maupun ukuran. Tak kurang dari 200 negara di dunia 'berteriak'.

Covid-19 juga tak pandang bulu dalam memilih korbannya. Rakyat jelata maupun pemimpin dunia tak kuasa menghindari. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson terinfeksi virus itu seperti halnya Pangeran Charles.

Di Jerman, Kanselir Angela Merkel melakukan karantina pada 22 Maret setelah hasil tes dokter yang melakukan kontak dengannya ditemukan positif corona. Sementara itu, mantan menteri Prancis, Patrick Devedjian, meninggal dunia karena Covid-19.

Ketika banyak negara tidak dapat ataupun tidak mau melakukan pengujian yang lebih luas, jumlah kasus infeksi global yang sesungguhnya bisa jadi lebih tinggi ataupun jauh lebih tinggi dari 1 juta, seperti dilansir dari Bloomberg, Jumat (3/4/2020).

Amerika Serikat kini mencatat jumlah kasus terbanyak dengan menginfeksi lebih dari 234.000 orang, menurut Johns Hopkins University yang mengacu pada kombinasi sumber data mulai dari pemerintah hingga WHO dan media lokal.

Posisi Amerika disusul oleh Italia, dengan lebih 115.000 kasus. Namun, negara beribu kota Roma ini tetap mencatat angka kematian tertinggi di antara negara-negara lain dengan sekitar 14.000 korban jiwa.

Dampak lain, industri travel global lumpuh dan jutaan orang menjalani berbagai bentuk langkah isolasi di tengah upaya pemerintah negara-negara untuk membendung penyebaran corona.

Krisis kesehatan ini juga mendatangkan problem ekonomi yang tak terkira. Ekonomi global diperkirakan akan menyusut 2 persen pada paruh pertama tahun 2020. Aktivitas bisnis terhenti di banyak sektor, dengan prediksi tingkat pengangguran AS dapat mencapai 30 persen pada kuartal kedua.

Otoritas negara-negara di dunia pun ramai-ramai mengeluarkan berbagai macam mantra dan jurus untuk melawan Covid-19. Prancis dan Jerman, di antaranya, memompa miliaran dolar guna memperkuat ekonomi mereka dan menjaga perusahaan-perusahaan tetap bertahan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper