Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat dan Korea Selatan dikabarkan hampir mencapai kesepakatan terkait negosiasi pembagian biaya pertahanan.
Kabar ini pertama mencuat dari pemberitaan kantor berita asal Korsel, Yonhap News Agency.
Menteri Luar Negeri Korea Selatan dan Departemen Negara AS menolak menanggapi pemberitaan Yonhap. Namun, seperti dilansir Bloomberg, Rabu (1/4/2020), sumber dalam di Seoul menyebut kemungkinan besar kedua pihak bakal mengumumkan persetujuan ini dalam waktu dekat.
Kesepakatan antara kedua negara disebut-sebut mencakup kontrak yang berlaku lebih dari satu tahun. Ini merupakan kabar yang dinanti-nanti publik mengingat alotnya negosiasi antara AS dan Korsel dalam beberapa bulan terakhir. Kedua negara sudah bernegosiasi sejak September 2019.
Mulanya delegasi Korsel menyatakan tujuan utamanya dalam perundingan ini tidak hanya mencapai kesepakatan tentang pembagian biaya pertahanan, tapi juga berniat merundingkan upah tenaga kerja Korea Selatan di pangkalan militer AS di Korea Selatan untuk menghindari cuti tanpa upah.
Jenderal Robert Abrams, komandan Pasukan Korsel di AS, menyebut kebijakan cuti tanpa upah itu benar-benar 'memilukan' dan 'tak menguntungkan'.
Baca Juga
Lantas pekan lalu, Trump menelepon langsung Presiden Korsel Moon Jae-in. Dalam pengakuannya Trump bilang dia mengontak Moon untuk meminta bantuan alat tes virus corona (Covid-19). Tak sedikit media lokal meyakini bahwa kedua pihak juga sempat menyinggung kelanjutan negosiasi pembagian biaya.
Hingga saat ini, Korsel adalah pihak yang acap kali membayar lebih banyak. AS mulanya bersikeras enggan urun lebih banyak, tetapi situasi akibat pandemi Covid-19 yang menghantam negara tersebut dikabarkan membuat Negeri Paman Sam melunak.
John Hopkins University mencatat kasus positif terkonfirmasi di AS menyentuh 163.429, 3.148 di antaranya berakhir meninggal. Angka tersebut lebih tinggi ketimbang negara-negara lain seperti Italia, China dan Spanyol.