Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Pandemi Corona, PM Singapura: Pemilu 2021 Bisa Terganggu

Di tengah ketidakpastian akibat pandemi, Singapura belum memutuskan apakah penyelenggaraan pemilu tetap dilaksanakan pada April 2021.
Patung Merlion berdiri di depan gedung-gedung pencakar langit di Singapura, Selasa (24/3/2020)./Bloomberg-Wei Leng Tay
Patung Merlion berdiri di depan gedung-gedung pencakar langit di Singapura, Selasa (24/3/2020)./Bloomberg-Wei Leng Tay

Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Lee Hsien Loong memperingatkan Singapura bakal menghadapi tantangan ekonomi besar yang ditimbulkan oleh pandemi virus corona (Covid-19) dan pada akhirnya mempengaruhi pemilu pada 2021..

Pada pertemuan dengan wartawan hari ini, Lee mengatakan gelombang wabah di negara kota itu belum mereda. Pasalnya, masih banyak penduduk Singapura yang pulang dari negara lain, artinya akan ada lebih banyak kasus ke depan.

Di tengah ketidakpastian pandemi, Lee mengatakan dia belum memutuskan kepastian penyelenggaraan pemilihan umum yang harusnya diadakan pada April 2021. Lee mengatakan perlu mempertimbangkan kondisi sulit yang kini dihadapi negara itu. di akhir masa jabatannya.

"Mari kita tunggu enam bulan, biarkan semuanya tenang, maka kita lanjutkan. Namun tidak ada yang bisa memastikannya. Rasanya ini akan menjadi lebih buruk daripada membaik," katanya dilansir Bloomberg, Jumat (27/3/2020).

Pada Kamis kemarin, pemerintah meluncurkan anggaran tambahan senilai lebih dari 48 miliar dolar Singapura (US$34 miliar) dalam upaya untuk memerangi dampak pandemi virus corona yang terus meningkat. Anggaran Ketahanan itu termasuk penangguhan pembayaran pajak penghasilan dan penghapusan pajak properti untuk hotel dan toko yang paling parah terkena wabah.

Namun demikian, meski pemerintah telah merogoh dana cadangan senilai US$17 miliar, Lee mengatakan sangat mungkin Singapura mungkin perlu memanfaatkan dana itu lagi sebelum wabah mereda.

"Ketika kita mendekati akhir tahun, kita harus berpikir apakah kita memperpanjang paket itu, dan jika demikian, apakah Anda ingin memodifikasinya, menambah atau mengurangi, atau apa pun. Itu sudah kami siapkan, tetapi kami juga harus siap secara psikologis ketika keadaan benar-benar memburuk selama beberapa bulan ke depan sebelum akhir tahun. Kami mungkin perlu melakukan sesuatu sebelum itu. Jika itu yang terjadi, kami akan gunakan kembali dana cadangan," jelasnya.

Kematian akibat pandemi kini telah meningkat melampaui 24.000 secara global. Singapura pada awalnya dipuji karena dapat meminimalkan penyebaran sejak melaporkan infeksi pertamanya pada Januari. Namun, kasus-kasus baru telah meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir ketika warga Singapura yang pulang dari luar negeri dinyatakan positif.

Pada Kamis malam, Singapura melaporkan tambahan 52 kasus virus corona, sehingga totalnya menjadi 683. Dari kasus-kasus baru, 28 di antaranya berasal dari warga yang bepergian ke luar negeri dan 24 berasal dari transmisi lokal.

Selain paket stimulus kedua, pemerintah pekan ini juga melakukan sejumlah langkah lain untuk memerangi penyebaran virus corona, termasuk menutup bar dan bioskop dan menghentikan layanan keagamaan.

Singapura juga mengumumkan bahwa melanggar perintah untuk berada di rumah merupakan pelanggaran pidana. Pelanggaran termasuk pertemuan di luar pekerjaan atau sekolah lebih dari 10 orang dan jarak fisik setidaknya satu meter. Hukuman maksimum untuk kedua pelanggaran adalah denda 10.000 dolar Singapura (US$ 7.000) dan hukuman penjara enam bulan.

Pemerintah sebelumnya mengatakan akan mempertimbangkan untuk bergabung dengan negara lain untuk menutup sekolah dan tempat kerja jika keadaannya memburuk. Sedangkan semua sekolah di bawah yayasan partai yang berkuasa telah ditutup sejak Kamis, menyusul belasan staf dinyatakan positif corona.

"Saya pikir kami harus melihat sekolah bukan sebagai satu sistem keseluruhan. Kami membatasi [pergerakan di sekolah], tetapi itu tidak berarti bahwa saya harus menutup seluruh sistem," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper