Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Virus Corona Sebabkan Klaim Pengangguran di AS Melonjak

Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat menyatakan klaim pengangguran mingguan untuk pekan yang berakhir pada 21 Maret lalu berjumlah 3,28 juta. Angka ini naik sekitar 281.000 klaim dari pekan sebelumnya, yang juga sudah menandai klaim tertinggi dalam 2 tahun terakhir.
Mencari pekerjaan/rifemagazone.co.uk
Mencari pekerjaan/rifemagazone.co.uk

Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah orang yang mengajukan klaim asuransi pengangguran di Amerika Serikat pekan lalu melonjak ke level tertinggi sepanjang masa, karena pandemi virus corona memicu PHK di seluruh negeri.

Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat menyatakan klaim pengangguran mingguan untuk pekan yang berakhir pada 21 Maret lalu berjumlah 3,28 juta. Angka ini naik sekitar 281.000 klaim dari pekan sebelumnya, yang juga sudah menandai klaim tertinggi dalam 2 tahun terakhir.

Jumlah klaim terbaru sejauh ini merupakan yang terbesar dalam 1 pekan saja, melebihi rekor 700,000 klaim pengangguran yang baru diajukan ketika pertama kali ditetapkan pada 1982 lampau.

“Rekor bahkan bukan kata yang tepat di sini. Angka ini benar-benar luar biasa,” kata Martha Gimbel, ekonom dari Schmidt Futures dalam sebuah wawancara seperti dikutip dari Business Insider, Jumat (27/3).

Untuk menempatkan konteksnya, Gimbel menunjukkan bahwa untuk pekan berakhir pada 7 Maret lalu, jumlah total orang dalam asuransi pengangguran di AS ada sebanyak 1,7 juta. Sementara, dua pekan setelahnya angkanya tembus mencapai hampir 3,3 juta.

Jumlah klaim pengangguran yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, menunjukkan kerusakan luar biasa yang ditimbulkan oleh pandemi virus corona baru atau COVID-19 terhadap perekonomian AS.

Hal ini terjadi ketika negara adidaya itu berpacu untuk menghentikan penyebaran virus tersebut dengan menetapkan sejumlah langkah, termasuk lockdown di beberapa negara bagian. Pihak berwenang meminta pekerja melakukan tugasnya dari rumah, mendorong adanya jarak sosial, serta menutup sekolah, restoran, dan pabrik-pabrik.

Langkah ekstrim yang dilakukan oleh pemerintah AS ini sebelumnya tidak pernah dilakukan dalam menghadapi situasi apa pun. Kendati begitu, masih belum ada kepastian kapan kondisi pandemi ini akan surut dan berakhir.

“Kami benar-benar tidak memiliki contoh yang baik tentang kasus di mana aktivitas layanan global dihentikan,” kata Michael Gapen, kepala ekonom di Barclay kepada Business Insider.

Adapun, upaya pemberian stimulus oleh pemerintah AS terus diperluas. Dalam sepekan terakhir, Federal Reserve dan White House telah bergerak untuk menopang kembali ekonomi di negaranya itu di tengah wabah COVID-19.

The Fed secara tidak terduga juga memangkas suku bunga mendekati nol, meluncurkan pembelian obligasi tanpa batas serta beberapa fasilitas lain untuk memperlancar pasar dan membantu pemerintah, juga pebisnis lokal.

Pemerintahan Donald Trump telah mendorong paket stimulus fiskal senilai US$2 triliun untuk memberikan bantuan kepada rumah tangga dan perusahaan di AS serta memperluas layanan sosial seperti asuransi pengangguran untuk menjaga ekonomi tetap bertahan hingga krisis kesehatan mereda.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Syaiful Millah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper