Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Malaysia memberlakukan penutupan akses keluar masuk negara (lockdown) guna membatasi penyebaran virus corona (Covid-19).
Dilansir dari Bloomberg, Perdana Menteri Muhyiddin Yassin mengatakan dalam pidato yang ditayangkan Senin (16/3/2020) bahwa negeri Jiran itu melarang semua pengunjung yang masuk ke negaranya, sedangkan penduduk dilarang bepergian ke luar negeri.
Sementara itu, seluruh tempat ibadah, sekolah, dan lokasi bisnis akan ditutup kecuali pasar yang memasok kebutuhan sehari-hari. Langkah-langkah ini efektif mulai 18 hingga 31 Maret 2020.
Warga Malaysia yang kembali dari luar negeri diharuskan menjalani karantina mandiri selama 14 hari.
Negara ini memiliki jumlah kasus terkonfirmasi terbesar di Asia Tenggara, dengan 125 kasus baru dilaporkan pada hari Senin dan total keseluruhan kasus berjumlah 553.
Menteri Kesehatan Malaysia, Adham Baba, mengatakan sebagian besar infeksi baru tersebut terkait dengan tabligh akbar yang dihadiri oleh sekitar 16.000 orang di masjid Sri Petaling dekat Kuala Lumpur.
Negara-negara tetangga telah melaporkan kasus-kasus yang terkait dengan tabligh akbar tersebut. Singapura memperpanjang penutupan masjid hingga 26 Maret karena kekhawatiran akan virus tersebut.
PM Muhyiddin membatalkan sejumlah pertemuan termasuk acara olahraga dan konferensi internasional hingga April. Pembatalan ini juga berpotensi mengganggu KTT Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) yang rencananya diselenggarakan di Malaysia tahun ini.
Indonesia hingga saat ini masih belum melakukan lockdown. Presiden Joko Widodo hanya menghimbau untuk menerapkan social distancing sama work from home bagi masyarakat Indonesia.
Wakil Kepala Bidang Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekular (LBM) Eijkman itu mengaku waktu 2 bulan terbuang sia-sia karena selama periode tersebut semua pihak hanya berdebat dan berkilah bahwa Indonesia kebal dari penularan virus corona atau Covid-19.
"Tip of the iceberg, kita terlambat 2 bulan karena sibuk dalam penyangkalan," ujarnya kepada Bisnis.