Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gawat! Perusahaan China Mulai Tidak Mampu Bayar Karyawan

Sejumlah perusahaan harus menunda, memangkas hingga menyetop pembayaran upah karyawannya. Pasalnya, virus corona telah membuat perusahaan-perusahaan itu tidak dapat menutupi biaya tenaga kerja.
Warga tiba dari Provinsi Hubei saat melintasi pos pemeriksaan di Jembatan Sungai Jiujiang Yangtze di Jiujiang, Provinsi Jiangxi, China, Jumat (31/1/2020). Reuters/Thomas Peter
Warga tiba dari Provinsi Hubei saat melintasi pos pemeriksaan di Jembatan Sungai Jiujiang Yangtze di Jiujiang, Provinsi Jiangxi, China, Jumat (31/1/2020). Reuters/Thomas Peter

Bisnis.com, JAKARTA - Dampak ekonomi akibat wabah virus corona semakin menekan operasional perusahaan swasta di China.

Sejumlah perusahaan harus menunda, memangkas hingga menyetop pembayaran upah karyawannya. Pasalnya, virus corona telah membuat perusahaan-perusahaan itu tidak dapat menutupi biaya tenaga kerja.

Untuk memperlambat penyebaran virus corona yang telah merenggut lebih dari 2.000 jiwa, otoritas China dan para pengusaha besar telah mendorong warga atau karyawan mereka untuk tinggal dan bekerja di rumah.

Pusat perbelanjaan dan restoran kosong, taman hiburan dan bioskop ditutup, perjalanan ke sejumlah wilayah harus dibatasi.

"Seminggu cuti yang tidak dibayar sangat menyakitkan. Saya tidak punya penghasilan yang cukup untuk menutupi pengeluaran saya bulan ini," kata Jason Lam, 32, koki di sebuah restoran kelas atas di lingkungan Tsim Sha Tsui, Hong Kong, dilansir Bloomberg, Rabu (19/2/2020).

Terlalu dini untuk menyimpulkan berapa banyak orang yang kehilangan upah akibat wabah itu. Namun dalam survei yang melibatkan 9.500 pekerja oleh situs web perekrutan China Zhaopin, lebih dari sepertiga mengatakan mereka sadar itu kemungkinan.

Pembekuan gaji adalah bukti lebih lanjut dari pukulan ekonomi ke sektor swasta China yang bergejolak, bagian yang tumbuh paling cepat dari ekonomi terbesar kedua di dunia, dan terutama di kalangan perusahaan kecil.

Hal ini juga menunjukkan bahwa tekanan akan melampaui risiko kesehatan hingga kerugian keuangan yang timbul karena PHK dan ketidakstabilan gaji.

"Virus corona mungkin memukul konsumsi China lebih keras daripada SARS 17 tahun yang lalu," kata Chang Shu, Kepala Ekonom Asia untuk Bloomberg Intelligence.

Secara hukum, perusahaan harus mematuhi siklus pembayaran penuh pada bulan Februari sebelum memotong upah seminimal mungkin.

Seorang pengacara yang berpusat di Shenzhen Edgar Choi mengungkapkan perusahaan yang belum mampu membayar gaji diperbolehkan untuk menunda pembayarannya, selama perusahaan dapat memastikan karyawan mendapatkan uang yang pada akhirnya harus mereka dapatkan.

Choi mendengar dari ribuan pekerja asing yang mengatakan pembayaran upah mereka telah dipotong setengah bulan ini atau dihentikan sama sekali.

NIO Inc., pembuat mobil listrik yang berbasis di Shanghai, baru-baru ini juga menunda pembayaran seminggu.

Pemimpin NIO Inc. William Li mendorong karyawan untuk menerima unit saham terbatas sebagai pengganti bonus tunai mereka.

Di pabrik Shenzhen Foxconn Technology Group, para pekerja yang kembali dari liburan Tahun Baru Imlek harus dikarantina di asrama sebelum mereka dapat kembali bekerja.

Para pekerja tetap dibayar, tetapi hanya sekitar sepertiga dari jumlah normal.

Di antara upaya yang lebih luas untuk membantu perusahaan tetap bertahan, pemerintah China telah meminta bank-bank milik pemerintah untuk memberikan pinjaman dengan suku bunga yang lebih murah khususnya untuk usaha kecil.

Wakil Manajer Umum di taman hiburan Lionsgate Rick Zeng mengatakan perusahaan telah menutup akses pengunjung setelah menerima perintah pemerintah sejak akhir Januari.

Mulai minggu depan, dia menuturkan beberapa staf harus mengambil cuti tidak berbayar.

Manajer hotel di Fuzhou Robert Zhang mengatakan dua pertiga dari 100 kamarnya kosong. Alhasil, karyawan di hotel tersebut secara efektif menggunakan cuti mereka dan mengalami pemotongan gaji.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper