Bisnis.com, JAKARTA – Hong Kong dan Singapura. Dua kota ini sudah lama dikenal sebagai surganya para penggila shopping. Tapi hanya dalam hitungan bulan, bukan tas atau pakaian bermerek lagi yang diincar masyarakatnya.
Seiring dengan meningkatnya kekhawatiran seputar virus Corona (Covid-19) yang telah merebak sejak awal tahun ini, barang sederhana seperti tisu toilet justru menjadi dambaan.
Apotek dan supermarket di seluruh wilayah Hong Kong dan Singapura kehabisan persediaan barang dasar seperti tisu toilet, handuk kertas, pembersih tangan, dan terutama masker.
Bagaimana pun, kondisi ini menciptakan peluang bagi para penyedia jasa yang ingin menjaga ataupun meningkatkan hubungan baik dengan kliennya.
IG Group, contohnya. Penyedia jasa finansial yang berkantor pusat di Inggris ini menjadi viral setelah membagikan bingkisan paket berisikan masker N95, termometer digital, dan botol antiseptik.
IG mulai membagikan bingkisan tersebut setelah pemerintah Singapura meningkatkan tingkat kewaspadaan terhadap virus Corona menjadi level kritis oranye.
Apa yang mulanya terdengar sebagai ide lucu seketika menjadi populer. Hadiah tersebut terbukti diberikan tepat pada waktunya ketika sejumlah bank mengevakuasi karyawan mereka dan menyampaikan imbauan untuk bekerja dari rumah.
“Semuanya dimulai sebagai tindakan pencegahan bagi teman-teman dan keluarga mereka, kemudian yang lainnya mulai bertanya bagaimana cara mendapatkan masker dan sebagainya,” terang Terence Tan, kepala pengembangan bisnis di IG Asia Pte.
“Jadi kami berpikir, mengapa tidak memberikan barang-barang ini untuk staf dan klien-klien kami?” imbuh Tan, seperti dilansir Bloomberg, Jumat (14/2/2020).
Dia mengatakan paket pertama untuk klien telah diberikan hari ini dan akan mengirimkan lebih banyak bingkisan paket ketika pasokan tambahan tersedia.
Dengarkan juga pengalaman Joel Werner yang menjalankan Solitude Capital Management di Hong Kong. Pada 10 Februari 2020, ia membeli 216 gulungan tisu toilet di Amazon.com Inc. setelah keluarganya berjuang keras untuk memperolehnya di Hong Kong.
Biaya pengirimannya saja mencapai US$200, tetapi Werner berpikir biaya itu sebanding dengan barang yang dikirimkan. Dia lalu menyimpan separuhnya dan berencana untuk memberikan sisanya kepada teman dan kolega.
"Itu adalah hadiah yang lebih baik daripada wine untuk saat ini,” katanya.
Kemudian, dalam suatu pertemuan yang berlangsung di sebuah restoran Hong Kong pekan ini, sekelompok partisipannya meminta sumbangan masker wajah atau tisu toilet sebagai undian berhadiah.
Bahan dasar makanan juga mendapatkan daya tarik tersendiri dalam kehidupan sosial masyarakat di Hong Kong dan Singapura.
Sebagai tanda cinta pada masa virus Corona, tersebar foto-foto buket berisikan mie instan dan sayuran, alih-alih untaian mawar untuk merayakan Hari Valentine.