Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyebaran Virus Corona Berpotensi Tekan Industri Penerbangan Global

Merebaknya virus corona di China dikhawatirkan menyeret turun prospek pertumbuhan industri penerbangan dunia.

Bisnis.com, JAKARTA - Merebaknya virus corona di China dikhawatirkan menyeret turun prospek pertumbuhan industri penerbangan dunia.

Pasalnya, pertumbuhan ekonomi di China mendongkrak pertumbuhan industri penerbangan dalam 10 tahun terakhir ini, menyusul ditutupnya akses ke negara tersebut akibat penyebaran virus corona.

United Airlines Holdings Inc., Air Canada, Cathay Pacific Airways Ltd, and Finnair Plc adalah beberapa maskapai penerbangan yang membatalkan penerbangan ke China. Tak hanya itu, British Airways juga mengurangi penerbangan langsung dari London ke Beijing hingga Maret tahun ini.

Virus corona tersebut telah menyebabkan lebih dari 130 orang meninggal dan lebih dari 6.000 orang terinfeksi. Mayoritas pasien berasal dari China.

Seperti dikutip Reuters, Rabu (29/1/2020), pejabat Amerika Serikat (AS) sepakat menangguhkan semua penerbangan ke China untuk mencegah penyebaran virus tersebut ke Negeri Paman Sam.

Mengutip data International Air Transport Association (IATA), industri penerbangan global menikmati pertumbuhan yang tinggi pada 10 tahun terakhir. Bahkan, pertumbuhannya melebihi posisi pada 2003, meski kontribusi pasar China sangat dominan.

Virus corona merepresentasikan ancaman terbesar bagi industri penerbangan sejak penyebaran SARS yang berujung pada penurunan pasar di Asia hingga 45% pada 2003.

“Industri penerbangan dan bandara memiliki struktur modal yang kuat dan pengelolaan yang bagus untuk menghadapi tekanan. Tetapi, perusahaan penerbangan yang tidak memiliki struktur modal yang kuat akan menderita menghadapi situasi ini,” kata analis penerbangan Shukor Yusof.

Marjin keuntungan sejumlah perusahaan penerbangan terpantau tipis di tengah pertumbuhan global yang melemah akibat perang dagang antara China dan AS serta skandal 737 MAX. airbus dan Boeing tercatat telah turun di titik terendah pada 2013-2014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper