Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mulan Jameela Masuk Sepuluh Besar Anggota DPR Paling Banyak Mendapat Perhatian Media Massa

“Kemunculan istri musisi Ahmad Dani sebagai narasumber berita ini tidak bisa dilepaskan dari faktor profesinya sebagai penyanyi dan juga selebriti," ujar Peneliti INSIS Wildan Hakim berdasarkan rilis yang diterima di Jakarta, Senin (27/1/2020).
Mulan Jameela saat ditemui usai mencoblos di TPS 49 Pinang Suasa IV, Jakarta, Rabu (17/4/2019)./Antara
Mulan Jameela saat ditemui usai mencoblos di TPS 49 Pinang Suasa IV, Jakarta, Rabu (17/4/2019)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Politisi Partai Gerindra, R Wulansari, yang kerap disapa Mulan Jameela, menjadi sepuluh besar anggota DPR yang paling banyak mendapat perhatian media massa (Top Ten News Maker) menurut data yang dirilis Institut Riset Indonesia (INSIS).

“Kemunculan istri musisi Ahmad Dani sebagai narasumber berita ini tidak bisa dilepaskan dari faktor profesinya sebagai penyanyi dan juga selebriti," ujar Peneliti INSIS Wildan Hakim berdasarkan rilis yang diterima di Jakarta, Senin (27/1/2020).

INSIS mencatat ada 307 orang anggota DPR yang mewarnai ruang opini publik di media massa sepanjang Oktober hingga Desember 2019.

Politisi muda (usia 31-40 tahun) masih lebih digdaya atau moncer di media massa dibandingkan anggota parlemen milenial (21-30 tahun). Hal itu terlihat dalam riset media monitoring yang dilakukan INSIS. Riset simultan tersebut dilakukan sebagai bahan evaluasi tiga bulan anggota DPR pasca-dilantik awal Oktober 2019.

Dari Hasil riset INSIS menunjukkan, ada 32 politisi muda yang mewarnai pemberitaan di enam media massa yang dijadikan unit analisis, di antaranya empat media cetak yakni Kompas, Koran Tempo, Koran Sindo, dan Rakyat Merdeka serta dua media siber yakni tribunnews.com dan detik.com.

Politisi muda dikategorikan politisi berusia 31 hingga 40 tahun yang menurut INSIS dikutip sebagai narasumber di 533 tema publikasi. Di antara kategori politisi muda, ada nama-nama seperti Politisi Gerindra Andre Rosiade yang muncul 138 kali dan Politisi PPP Achmad Baidowi yang muncul 128 kali

"Mereka mendominasi pemberitaan di media massa," kata Wildan.

Di belakang keduanya, nama Saleh Partaonan Daulay dari PAN dikutip sebanyak 36 kali. Disusul, Mulan Jameela atau R Wulansari di posisi ke empat karena dikutip sebanyak 32 kali.

Sementara itu ada sembilan nama politikus milenial yang dikutip namanya sebagai narasumber di 42 tema publikasi.

Di kategori politisi millenial, Hillary Brigita Lasut dari Partai Nasdem menjadi sosok yang paling banyak disebut dalam pemberitaan yakni sebanyak 21 kali.

Disusul Dyah Roro Esti Widya Puteri dari Partai Golkar sebanyak lima kali. Puteri Anetta Komaruddin dari Partai Golkar tiga kali. Arkanata Akram dari Partai Nasdem tiga kali. Farah Puteri Nahlia dari PAN tiga kali.

“Dari pendataan media massa ini INSIS ingin membuktikan bahwa komunikasi politik para politikus milenial belum menunjukkan tren positif. Kemampuan politikus milenial dalam merespon isu yang kemudian dijadikan materi berita di media massa masih perlu diasah. Politisi milenial kalah moncer dengan politisi muda yang begitu lihai merespon isu dan menjadikan sosok mereka terkenal di mata para jurnalis,” kata Wildan yang juga akademisi di Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Al Azhar Indonesia Jakarta.

Dalam riset itu juga diketahui, tema amandemen UUD 1945 menjadi isu politik yang paling banyak diberitakan. Pemberitaan seputar amandemen UUD 1945 ini mencapai 326 kali.

Disusul dengan isu Musyawarah Nasional Partai Golkar sebanyak 199 kali serta perebutan kursi pimpinan MPR sebanyak 164 kali.

“Yang menarik, berita seputar permintaan kepada Menteri Agama Fachrul Rozi untuk tidak mengomentari isu-isu seputar hukum Islam berada di urutan keempat. Sepanjang Oktober hingga Desember 2019 lalu, isu seputar peran Kementerian Agama ini muncul 113 kali dalam pemberitaan,” kata Wildan.

Dari beragam isu yang menjadi tema di media massa, tercatat hanya 307 orang anggota DPR yang disebut dalam pemberitaan di media massa.

"Artinya, dari 575 anggota DPR yang aktif saat ini, baru 53 persen yang saat ini berelasi baik dengan pekerja media. Sisanya yang 47 persen belum muncul ke publik sebagai narasumber berita," kata Wildan.

Menurut dia, para anggota parlemen yang belum muncul ke publik ini bisa saja berkilah dengan mengatakan bahwa mereka berkomunikasi melalui media sosial atau lebih banyak muncul di televisi.

Padahal penting diingat, ke enam media massa yang dijadikan unit analisis oleh INSIS merupakan media massa besar yang kredibilitasnya sudah teruji.

Kemunculan anggota DPR sebagai narasumber di enam media massa tersebut bisa dimaknai sebagai bukti keaktifan mereka di panggung politik nasional.

“Khusus untuk politikus milenial, mereka dituntut memahami dan merespon lebih cepat setiap isu yang berkaitan dengan posisinya di masing-masing komisi. Isu-isu nasional, isu komisi, dan isu yang berkaitan dengan momentum harus segera dikuasai agar nantinya bisa diartikulasikan ke media massa. Dengan cara itulah, para politikus milenial bisa beradu gagasan dengan para politisi muda. Bahasa kekiniannya mesti gerak cepet (gercep),” kata Wildan.

Peneliti INSIS lainnya, Dian Permata mengatakan, keberadaan media massa dan anggota DPR tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling mempengaruhi dan saling membutuhkan satu sama lain.

"Anggota DPR memerlukan media massa untuk mengintervensi agenda politik mereka kepada pemerintah. Sebaliknya, media massa memerlukan anggota DPR untuk menyampaikan agenda publik yang sedang ramai diperbincangkan. Titik singgungnya di situ," kata Dian.

Ia menambahkan, bahwa media massa dan anggota DPR saling membutuhkan karena diduga memiliki agenda setting masing-masing.

"Terlebih lagi jika berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) anggota DPR di sisi pengawasan pemerintah” kata Dian.

Riset model seperti ini dijelaskan Dian, dapat memudahkan para elit partai politik dan konstituen dalam mengawasi atau memitigasi setiap isu atau agenda publik yang dibahas di ruang sidang DPR.

Sebab ini dilatarbelakangi dengan status melekat yang menempel pada anggota DPR. Pertama, sebagai representasi dan citra kelembagaan partai politik. Kedua, wakil dari daerah pemilihan masing-masing.

"Tentu saja, alat seperti radar. Dalam tema tertentu akan terlihat siapa anggota DPR yang menonjol atau menjadi News Maker” kata Dian.

INSIS menggunakan teknik media monitoring terhadap enam media massa yang dijadikan basis data risetnya. Data yang dicuplik adalah pemberitaan yang memuat nama dan tema anggota DPR.

Waktu pengerjaan riset berlangsung dari 1 Oktober hingga 30 Desember 2019. Penelitian dan analisis selanjutnya difokuskan pada lima aspek yaitu frekuensi artikel, tema artikel, narasumber artikel (bank of statement), tanggal publikasi, dan media.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper