Bisnis.com, JAKARTA — Data kotak hitam pesawat Ukraine International Airlines Flight 752 yang tidak sengaja ditembak jatuh rudal Iran, akan diunduh di Prancis untuk penyelidikan lebih lanjut.
Rekaman kotak hitam dari pesawat Ukraina akan diunduh di Prancis untuk menghindari kerusakan data, kata kepala Badan Investigasi Kecelakaan Organisasi Penerbangan Sipil Iran Hassan Rezaeifar pada Sabtu, menurut kantor berita IRNA, seperti dikutip dari CNN, 11 Januari 2020.
Rezaeifar mengatakan Iran meminta Kanada, Prancis dan AS untuk membawa perangkat lunak dan perangkat keras mereka ke Teheran untuk mengunduh data kotak hitam pesawat Ukraina, tetapi mereka tidak menerima proposal Iran, menurut IRNA.
Kemudian Iran meminta Ukraina, Swedia, Inggris, Kanada, dan AS untuk mengirim kotak hitam ke laboratorium negara yang tidak memihak, dan Prancis adalah satu-satunya yang disetujui oleh kelima negara, katanya.
Keputusan untuk mengirim kotak hitam ke Prancis dibuat sebelum pernyataan hari Sabtu dari Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, yang mengakui menjatuhkan pesawat Ukraina, menurut IRNA.
Tidak ada rincian lebih lanjut kapan Iran akan mengirim kotak hitam itu.
Pada Sabtu Iran mengakui militernya tidak sengaja menembak jatuh pesawat sipil Ukraina yang menewaskan total 176 penumpang dan kru dari tujuh negara.
Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan insiden tersebut terjadi karena kesiagaan tingkat tinggi militer Iran, yang khawatir akan serangan udara Amerika Serikat.
Setelah operasi rudal di Irak, penerbangan militer AS di sekitar perbatasan Iran meningkat dan pejabat militer Iran melaporkan melihat target udara menuju pusat-pusat strategis, menurut sebuah pernyataan markas besar angkatan bersenjata Iran.
Ukrainian Airlines Flight 752 jatuh Rabu setelah lepas landas dari bandara Teheran menuju Ukraina pada Rabu. Insiden Ukraine International Airlines terjadi beberapa jam setelah Iran menembakkan rudal ke pangkalan militer Irak yang menampung pasukan AS, sebagai balasan atas serangan pesawat drone di bandara Baghdad yang menewaskan Jenderal Iran Qassem Soleimani.