Bisnis.com, JAKARTA — Parlemen Irak meminta supaya AS dan pasukan asing lainnya untuk pergi dari negaranya di tengah meningkatnya serangan balasan atas pembunuhan terhadap seorang komandan militer Iran yang memicu kekhawatiran akan meluasnya konflik Timur Tengah.
Dalam perang kata-kata antara Iran dan Amerika Serikat, Menlu AS Mike Pompeo mengatakan bahwa Washington akan menargetkan setiap pembuat keputusan Iran yang mereka pilih jika ada serangan lebih lanjut terhadap kepentingan AS oleh pasukan Iran atau proksi mereka.
Komandan Militer Iran Qassem Soleimani tewas pada Jumat (3/1/2020) dalam serangan pesawat tak berawak milik AS di Bandara Baghdad. Serangan itu memicu permusuhan AS-Iran yang lebih luas dan tidak terukur selain berpotensi menimbulkan perang.
Ketika Washington dan Teheran saling mengancam, Uni Eropa, Inggris, dan Oman mendesak agar mereka untuk melakukan upaya diplomatik untuk meredakan krisis.
Parlemen Irak mengeluarkan resolusi yang menyerukan diakhirinya keberadaan semua pasukan asing. Hal itu mencerminkan kekhawatiran banyak orang di Irak bahwa kalau terjadi perang AS-Iran, warga negaranya yang akan menjadi korban.
"Pemerintah Irak harus bekerja untuk mengakhiri keberadaan pasukan asing di tanah Irak dan melarang mereka menggunakan tanah, ruang udara, atau air dengan alasan apa pun," menurut pernyataan parlemen seperti dikutip Reuters, Senin (6/1/2020).
Baca Juga
Meski resolusi semacam itu tidak mengikat, hal itu akan tetap menjadi perhatian. Pasalnya, Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi sebelumnya telah meminta supaya parlemen mengakhiri kehadiran pasukan asing sesegera mungkin.
Amerika Serikat mengatakan bahwa mereka kecewa dengan hasil keputuan parlemen tersebut.
"Sementara kami menunggu klarifikasi lebih lanjut tentang sifat hukum dan dampak dari resolusi hari ini. Kami sangat mendesak para pemimpin Irak untuk mempertimbangkan kembali pentingnya hubungan ekonomi dan keamanan yang sedang berlangsung antara kedua negara dan terus hadirnya koalisi global untuk mengalahkan ISIS," ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus dalam sebuah pernyataan.
Sekitar 5.000 tentara AS masih berada di Irak yang sebagian besar berperan sebagai penasihat keamanan.